Penemuan bunga langka Rafflesia hasseltii di hutan Sumatra kini menjadi perbincangan hangat, terutama setelah muncul isu bahwa kampus Oxford tidak menyebut peneliti lokal dalam publikasi hasil riset. Artikel ini akan membahas konteks lengkap dari temuan tersebut, pentingnya kolaborasi ilmiah, serta implikasinya bagi dunia penelitian dan konservasi di Indonesia.
Konteks Awal: Penemuan Rafflesia Hasseltii yang Viral
Rafflesia hasseltii adalah salah satu spesies bunga langka yang dikenal dengan ukuran bunganya yang besar dan aroma bau busuk. Bunga ini hanya mekar beberapa hari dan sulit ditemukan karena habitatnya yang terpencil. Pada tahun 2025, tim peneliti BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) bersama mitra internasional berhasil menemukan bunga ini di hutan Sumatra, khususnya di daerah Sijunjung, Sumatera Barat.
Video yang memperlihatkan anggota komunitas lokal, Septian Riki, tak kuasa menahan haru saat melihat bunga Rafflesia hasseltii mekar, viral di media sosial. Video tersebut mengundang perhatian publik terhadap keberadaan flora langka dan pentingnya pelestarian lingkungan.
Kolaborasi Ilmiah: Peran BRIN dan University of Oxford
Temuan ini merupakan bagian dari proyek riset kolaboratif antara BRIN, Universitas Bengkulu, Komunitas Peduli Puspa Langka Bengkulu, dan the University of Oxford Botanic Garden and Arboretum. Proyek bertajuk The First Regional Pan-Phylogeny for Rafflesia bertujuan merekonstruksi hubungan filogenetik seluruh jenis Rafflesia di Asia Tenggara.
BRIN memainkan peran utama dalam pengumpulan dan analisis sampel di Indonesia, sementara University of Oxford memberikan dukungan dana dan sumber daya teknis. Namun, muncul pertanyaan tentang apakah kontribusi peneliti lokal secara resmi diakui dalam publikasi akhir.
Isu yang Muncul: Kampus Oxford Tidak Sebut Peneliti Lokal
Beberapa pihak mulai mempertanyakan apakah peneliti lokal seperti Joko Ridho Witono, yang merupakan salah satu peneliti utama BRIN, disebut dalam publikasi hasil riset. Ini menimbulkan kekhawatiran bahwa kontribusi ilmuwan Indonesia tidak sepenuhnya diakui dalam karya ilmiah internasional.
Kontroversi ini menunjukkan pentingnya transparansi dan pengakuan dalam kolaborasi ilmiah lintas negara. Peneliti lokal sering kali memiliki pengetahuan mendalam tentang ekosistem lokal yang sangat berharga untuk penelitian.
Pentingnya Pengakuan dalam Kolaborasi Ilmiah
Kolaborasi ilmiah antar-negara sangat penting dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan memahami keanekaragaman hayati. Namun, hal ini juga harus dilakukan dengan prinsip keadilan dan penghargaan terhadap kontribusi semua pihak.
Dalam kasus Rafflesia hasseltii, peneliti lokal seperti Joko Ridho Witono memiliki peran kritis dalam mengidentifikasi lokasi, mengumpulkan sampel, dan memberikan wawasan tentang kondisi habitat. Tanpa kontribusi mereka, riset ini mungkin tidak akan berhasil.
Implikasi Bagi Dunia Penelitian dan Konservasi
Temuan Rafflesia hasseltii memiliki implikasi besar bagi dunia penelitian dan konservasi. Pertama, penemuan ini menegaskan posisi Indonesia sebagai negara dengan keanekaragaman Rafflesia tertinggi di dunia, bersama Filipina. Hingga saat ini, tercatat ada 16 jenis Rafflesia di Indonesia, dan BRIN telah berhasil mengumpulkan 13 sampel untuk dianalisis DNA-nya.
Kedua, temuan ini menunjukkan pentingnya pendekatan konservasi berbasis masyarakat. Habitat Rafflesia banyak ditemukan di luar kawasan konservasi, termasuk di lahan masyarakat seperti kebun kopi dan sawit. Ini menunjukkan bahwa edukasi dan partisipasi masyarakat sangat krusial dalam menjaga keberlanjutan spesies ini.
Metode Penelitian: Whole Genome Sequencing
Untuk memperdalam pemahaman tentang Rafflesia, tim peneliti menggunakan metode Whole Genome Sequencing (WGS), yang memetakan keseluruhan gen Rafflesia. Hal ini berbeda dari pendekatan sebelumnya yang hanya meneliti potongan gen kecil.
Metode ini diharapkan dapat mengidentifikasi kemungkinan adanya spesies baru di Indonesia. Perbedaan signifikan pada data WGS spesies Rafflesia tertentu bisa menjadi indikasi adanya spesies baru yang belum terdokumentasi.
Tantangan dalam Penelitian Rafflesia
Penelitian Rafflesia menghadapi tantangan berat di lapangan. Bunga ini merupakan tumbuhan holoparasit dan hanya mekar beberapa hari. Selain itu, beberapa jenis berada di area terpencil yang sulit dijangkau.
Menemukan Rafflesia dalam kondisi bunga mekar atau dalam bentuk knop bukanlah hal mudah. Dibutuhkan informasi akurat dari komunitas lokal agar penelitian tidak sia-sia.
Peran Pemerintah dan Masyarakat dalam Konservasi
Joko Ridho Witono menyoroti pentingnya dukungan pemerintah dan masyarakat dalam menjaga habitat Rafflesia. Ia menyebut, pada akhir kegiatan penelitian ini, tim peneliti yang dikoordinir oleh BRIN akan menyusun policy paper atau naskah kebijakan sebagai rekomendasi strategi konservasi Rafflesia nasional.
Sebagai scientific authority, BRIN bertanggung jawab memberikan dasar ilmiah bagi kebijakan pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia.
Kesimpulan: Keadilan dalam Kolaborasi Ilmiah
Temuan Rafflesia hasseltii di hutan Sumatra menjadi bukti nyata betapa pentingnya kolaborasi ilmiah antar-negara dalam menjaga keanekaragaman hayati. Namun, isu bahwa kampus Oxford tidak menyebut peneliti lokal dalam publikasi hasil riset menunjukkan perlunya transparansi dan pengakuan terhadap kontribusi ilmuwan Indonesia.
Dengan kolaborasi yang adil dan saling menghargai, kita dapat memastikan bahwa penemuan-penemuan seperti Rafflesia hasseltii tidak hanya menjadi kemenangan ilmiah, tetapi juga menjadi contoh kerja sama yang berkelanjutan dan adil.
