Di tengah persaingan ketat di pasar otomotif global, khususnya di Asia Tenggara dan Tiongkok, merek mobil asal Tiongkok seperti BYD dan Great Wall Motor (GWM) terus memperkuat posisi mereka dengan strategi harga yang agresif. Namun, perusahaan asal Korea Selatan, Hyundai, menegaskan bahwa mereka tidak akan terjebak dalam perang harga yang berpotensi merusak stabilitas pasar. Dalam wawancara dengan media lokal, Hyundai menyampaikan pesan jelas kepada brand China: perang harga bisa menggoyahkan pasar dan merugikan semua pihak.
Mengapa Perang Harga Menjadi Masalah?
Perang harga sering kali dilakukan sebagai strategi untuk menarik konsumen, terutama saat pasar sedang lesu atau kompetitor mengurangi harga. Namun, efek jangka panjang dari tindakan ini bisa sangat merugikan. Salah satu contoh nyata adalah situasi yang dialami Tesla. Meskipun perusahaan menciptakan diskon besar-besaran, penjualan mobil listriknya tidak meningkat secara signifikan. Justru, konsumen mulai menunggu potongan lebih besar, sehingga permintaan tidak stabil.
Hal serupa juga terjadi di pasar Tiongkok. Perusahaan seperti BYD dan GWM terlibat dalam persaingan harga yang semakin ketat. Komentar dari para pemimpin perusahaan seperti Wei Jianjun dari GWM menunjukkan kekhawatiran tentang risiko jangka panjang dari perang harga. Ia bahkan membandingkan situasi industri otomotif China dengan krisis properti Evergrande, sebuah perusahaan yang mengalami kebangkrutan akibat utang yang terlalu besar.
Hyundai Memilih Jalur Berbeda
Sementara banyak merek asal Tiongkok memilih strategi harga sebagai senjata utama, Hyundai justru memilih pendekatan yang lebih berfokus pada nilai tambah. Fransiscus Soerjopranoto, Chief Operating Officer Hyundai Motors Indonesia (HMID), menjelaskan bahwa perusahaan tidak ingin terjebak dalam perang harga yang bisa merusak hubungan antara produsen, distributor, dan dealer.
“Kami tidak akan masuk ke dalam kondisi tersebut (perang harga). Kami akan memainkan services atau value sebagai bentuk pelayanan kami ke konsumen,” ujarnya.
Menurut Soerjo, perang harga bukan hanya mengurangi profitabilitas perusahaan, tetapi juga bisa memengaruhi daya beli masyarakat. Kenaikan angka kredit macet (non-performing loan/NPL) menjadi salah satu faktor yang harus diperhatikan. “Jangan lupa, non-performing loan itu masih tinggi loh. Nah, NPL ini jadi dasar pertimbangan dalam pembiayaan,” katanya.
Risiko Perang Harga bagi Industri Otomotif
Perang harga bisa berdampak negatif pada seluruh rantai pasok. Mulai dari produsen hingga dealer, semua pihak bisa merasakan tekanan keuntungan. Hal ini bisa berujung pada pengurangan tenaga kerja atau penurunan kualitas layanan. Oleh karena itu, Hyundai memilih untuk fokus pada inovasi teknologi dan layanan pelanggan.
“Kita nggak bisa maksain bahwa EV harus diterima di Papua ataupun di Kalimantan sekalipun walaupun pasokan listriknya lebih besar dibandingkan Jawa. Tapi secara infrastrukturnya belum terbangun. Sehingga bisa memicu kekhawatiran dari konsumen,” kata Soerjo.
Strategi Hyundai di Pasar Indonesia
Di pasar Indonesia, Hyundai memperkenalkan model baru seperti Stargazer Cartenz yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan konsumen lokal. Model ini tidak hanya menawarkan fitur canggih, tetapi juga didukung oleh sistem powertrain yang sesuai dengan regulasi pemerintah dan kebutuhan lingkungan.
Hyundai juga mempertimbangkan karakteristik wilayah yang berbeda. Misalnya, di pulau Jawa, penggunaan mobil listrik (EV) lebih mudah karena infrastruktur listrik yang lebih baik, sementara di daerah seperti Kalimantan atau Papua, penggunaan kendaraan hybrid atau bahan bakar biasa mungkin lebih cocok.
Kesimpulan
Perang harga mungkin terlihat menarik di awal, tetapi dampaknya bisa sangat merugikan jangka panjang. Hyundai telah memberikan peringatan yang jelas kepada brand China: mengandalkan harga murah bukanlah solusi yang berkelanjutan. Dengan fokus pada nilai tambah, inovasi, dan layanan pelanggan, Hyundai menunjukkan bahwa ada cara lain untuk bersaing di pasar otomotif tanpa harus mengorbankan stabilitas ekonomi dan kualitas produk.
Jika Anda tertarik mengetahui lebih lanjut tentang strategi Hyundai atau ingin melihat model terbaru mereka, kunjungi website resmi Hyundai atau datangi pameran otomotif terdekat. Dengan pendekatan yang lebih seimbang, Hyundai siap membawa pasar otomotif Indonesia ke arah yang lebih sehat dan berkelanjutan.
