Lead (Terompet Berita)
Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur menarik minat investor properti. Namun, keputusan investasi harus matang mengingat berbagai tantangan dan peluang yang ada.
H2 — Fakta Utama
IKN, yang dirancang sebagai kota hijau dan cerdas, menjadi daya tarik bagi pengusaha properti. Menurut Country Head Knight Frank Indonesia, Willson Kalip, fase awal pembangunan IKN akan membuka peluang bisnis properti residensial dan perkantoran. “Konsep pengembangan hijau dan cerdas di IKN membuka peluang bagi berkembangnya pusat riset teknologi dan berbagai properti pendukung,” ujarnya.
Di kota-kota penyangga seperti Balikpapan dan Samarinda, permintaan properti residensial meningkat. Peningkatan populasi juga menjadi faktor penting dalam mempertahankan permintaan properti. Sementara itu, infrastruktur IKN terus berkembang. Fase Batch I telah mencapai progres 81 persen, sementara Batch 2 mencapai 30 persen.
H2 — Konfirmasi & Narasi Tambahan
Agung Podomoro, salah satu pengembang besar di Kalimantan Timur, menyambut pola baru migrasi penduduk ke wilayah tersebut. Mereka mengembangkan Borneo Bay Residences di Balikpapan dan The Premiere Hills di Samarinda. “Kami melihat geliat ekonomi yang sangat positif seiring dengan tahap awal pembangunan IKN, di mana akan terjadi perpindahan penduduk ke kawasan ini sehingga membutuhkan tempat tinggal,” ujar Agung Wirajaya, Corporate Marketing Director Agung Podomoro.
Menurut data DPMPTSP Provinsi Kalimantan Timur, realisasi investasi pada Triwulan I 2024 mencapai 22,01 persen atau sebesar Rp 16,73 triliun. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dari tahun sebelumnya. Yenti Lokat, Deputy Marketing Director Agung Podomoro, menjelaskan bahwa peningkatan investasi menjadi peluang untuk memenuhi kebutuhan properti di kawasan tersebut.
H2 — Analisis Konteks
Pengamat properti Era Indonesia, Darmadi Darmawangsa, menilai Kalimantan Timur memiliki prospek bagus untuk investasi properti dengan adanya IKN. “Agung Podomoro sudah berpikir ke depan dengan naluri bisnis yang tepat, serta lihai dalam melihat potensi wilayah terbaik di Indonesia,” katanya.
Namun, IKN juga menghadapi beberapa risiko. Risiko pembiayaan, kepemilikan lahan, dan dampak sosial-lingkungan menjadi isu utama. Otorita IKN telah mengambil langkah mitigasi, termasuk bekerja sama dengan investor swasta melalui PKS investasi lahan untuk pembangunan mixed-use, hotel, dan kampus.
H2 — Data Pendukung
Berdasarkan laporan pemerintah, nilai investasi yang “terparkir” di IKN hingga Mei 2025 mencapai Rp65,58 triliun. Anggaran pembangunan IKN periode 2025–2029 dialokasikan sebesar Rp48,8 triliun. Meski demikian, efisiensi anggaran tetap menjadi tantangan.
Selain itu, kepadatan penduduk dan aktivitas ekonomi yang rendah menjadi risiko berikutnya. Saat ini, populasi penduduk dan aparatur negara di IKN masih jauh dari target. Jika pertumbuhan populasi dan aktivitas ekonomi tidak sejalan dengan pembangunan fisik, beberapa kawasan inti kota bisa tetap sepi.
H2 — Perspektif Lain
Meskipun banyak peluang, para ahli menyarankan agar investor properti di IKN melakukan analisis mendalam sebelum mengambil keputusan. “Investasi properti di IKN perlu dipertimbangkan secara matang karena terdapat risiko yang perlu diperhitungkan,” kata Darmadi Darmawangsa.
Willson Kalip menambahkan, “Kita harus memperhatikan aspek lingkungan dan sosial dalam pengembangan IKN. Keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan adalah kunci sukses.”
