Bagaimana Jika Kita Sudah Salah Pilih?

AA1RRofh

Kesalahan Bukan Akhir dari Perjalanan



Ada masa ketika saya merasa jalan hidup saya melenceng dari arah yang seharusnya. Saya menatap kembali keputusan yang pernah saya ambil dan bertanya, “Mengapa dulu saya memilih itu?” Penyesalan hadir perlahan, lalu mengeras menjadi rasa takut. Takut bahwa hidup saya sudah telanjur salah jalan. Takut bahwa kesempatan untuk memperbaiki sudah habis. Pada saat-saat seperti itu, hati saya terasa sempit, seolah pilihan yang tersedia hanya menerima kegagalan atau terjebak di jalan yang sama. Namun, perlahan saya mulai memahami bahwa ketakutan itu tidak sepenuhnya benar.

Saya kembali membayangkan diagram kehidupan yang pernah saya tuliskan sebelumnya. Diagram yang penuh cabang, penuh simpangan, penuh titik keputusan. Setiap cabang selalu memiliki dua kemungkinan: pilihan yang benar dan pilihan yang keliru. Polanya tidak berubah. Pada setiap titik kehidupan, manusia selalu diberikan ruang untuk memilih. Bahkan, ketika kita sedang berada di jalur yang salah, diagram itu tetap menyediakan cabang baru yang mengarah pada pilihan yang benar.

Ternyata, kesalahan bukanlah akhir dari perjalanan. Kesalahan hanyalah satu cabang yang membawa konsekuensi, tetapi dari cabang itu selalu ada peluang untuk mengarahkan langkah ke jalur yang lebih baik. Memang kita tidak bisa menghapus apa yang telah terjadi. Masa lalu tidak dapat diubah atau ditarik kembali. Namun, arah setelah ini masih dapat dipilih.

Hidup tidak pernah buntu hanya karena kita tersesat. Manusia yang hidup selalu berada dalam ruang kemungkinan untuk memperbaiki arah. Allah tidak menciptakan kehidupan sebagai lorong satu arah yang menutup peluang kembali. Hidup selalu mengalir dan dalam alirannya selalu tersedia kesempatan untuk berubah.



Salah pilih adalah bagian dari pengalaman manusia. Kita memilih dalam kondisi terbatas, dengan pengetahuan yang tidak sempurna, dengan emosi yang naik turun. Banyak orang mengalaminya: salah memilih pekerjaan sehingga hidup terasa berat, salah merespons seseorang hingga hubungan menjadi renggang, atau salah mengambil keputusan karena terburu-buru. Semua itu tidak bisa dihapus, tetapi dapat dijadikan titik awal untuk memilih arah yang lebih tepat.

Perbaikan langkah juga tidak selalu mudah. Ada keputusan yang membutuhkan keberanian untuk diakui sebagai kesalahan. Ada pilihan yang menuntut kerendahan hati untuk diperbaiki. Namun, langkah pertama tidak harus besar. Terkadang, cukup dengan berhenti sejenak, menenangkan hati, meminta nasihat dari orang yang lebih bijak, atau mengubah satu kebiasaan kecil yang membuat kita sedikit lebih dekat pada jalur yang benar. Setiap keputusan kecil tetap berarti karena dari keputusan kecil itulah cabang baru dalam kehidupan kita mulai terbuka.

Dalam refleksi keagamaan, hanya satu kesalahan yang tidak dapat diperbaiki:

su’ul khotimah, akhir hidup yang buruk.

Su’ul khotimah bukan muncul tiba-tiba, melainkan dapat menjadi takdir yang terbentuk dari pilihan keliru yang diambil terus menerus tanpa pernah dikoreksi, hingga hati menutup diri dari cahaya kebenaran. Namun, para ulama juga mengingatkan bahwa rahmat Allah jauh lebih luas daripada dosa manusia. Selama seseorang masih hidup dan masih mau memperbaiki diri, pintu cabang kebaikan tidak pernah tertutup. Yang tertutup hanyalah pintu di saat ajal tiba, ketika tidak ada lagi kesempatan untuk memilih cabang berikutnya.

Karena itu, jika hari ini Anda merasa berada di jalan yang salah, jangan biarkan rasa takut menghentikan langkah Anda. Kesalahan bukan alasan untuk berhenti memilih. Justru kesadaran akan kesalahan adalah tanda bahwa cabang baru telah muncul di hadapan Anda. Anda masih diberi kesempatan; Anda masih punya pilihan; Anda masih bisa mengarahkan langkah ke jalan yang lebih baik. Tidak ada satu pun kegagalan masa lalu yang menutup seluruh kemungkinan masa depan, selama kita masih diberi hidup.



Kesalahan bukan akhir dari perjalanan. Setiap pilihan keliru membawa konsekuensi, tetapi juga membuka ruang untuk memilih kembali. Masa lalu tidak dapat diubah, tetapi arah setelah ini selalu bisa diperbaiki.

Su’ul khotimah adalah akhir yang buruk, tetapi ia bukan sesuatu yang datang tiba-tiba, melainkan hasil dari kekeliruan yang dipertahankan tanpa perbaikan, bukan dari kesalahan yang diikuti oleh kesadaran dan usaha untuk kembali. Selama hati masih mau bergerak, Allah selalu menyediakan cabang baru untuk ditempuh.

Dan jika Anda sedang merasa tersesat, ingatlah satu hal sederhana: yang penting bukan di mana Anda berdiri hari ini, tetapi keberanian Anda untuk memilih yang benar setelah menyadari bahwa Anda pernah keliru. Selama hidup masih berlanjut, jalan yang lebih baik akan selalu tersedia.

Pos terkait