Gizi Cemerlang, Bangsa Hebat: Makanan Bergizi Gratis untuk 3B, Investasi Generasi Emas 2045

DQZ 8kRVQAAzZWh

https://soeara.com, DENPASAR –Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang ditujukan kepada ibu hamil, ibu menyusui, dan anak balita non-PAUD bukan hanya sekadar distribusi makanan; tetapi bertujuan untuk meningkatkan kondisi gizi pada masa paling rentan dalam kehidupan, sehingga berdampak positif jangka panjang terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM).

Intervensi nutrisi yang tepat selama masa kehamilan dan dua tahun pertama kehidupan (1.000 Hari Pertama Kehidupan) meningkatkan pertumbuhan fisik serta perkembangan otak anak—yang pada akhirnya memengaruhi kemampuan belajar, prestasi pendidikan, dan produktivitas ekonomi ketika dewasa.

Hal ini menjadikan MBG Sasaran 3B sebagai bentuk investasi dalam pembangunan sumber daya manusia, bukan sekadar pengeluaran sosial.

Gangguan pertumbuhan di Indonesia dan perkembangan terkini

Kurangnya gizi pada anak balita tetap menjadi tantangan yang signifikan, bukan hanya di Indonesia, namun juga di berbagai belahan dunia.

Dampaknya tidak boleh dianggap remeh, mulai dari pertumbuhan yang terganggu, perkembangan otak yang tidak maksimal, hingga menurunnya kemampuan produktivitas pada masa dewasa kelak.

Semua hal ini berujung pada kerugian yang besar, tidak hanya bagi seseorang dan keluarganya, tetapi juga bagi seluruh bangsa.

Salah satu jenis kekurangan gizi yang terjadi secara terus-menerus dan sering ditemukan adalah stunting, yaitu kondisi di mana anak tidak berkembang secara normal karena kekurangan nutrisi dalam jangka panjang.

Di Indonesia, angka kejadian stunting memang mengalami penurunan dari 37,6 persen pada tahun 2013 menjadi 19,8 persen pada tahun 2024.

Angka ini menunjukkan adanya perkembangan, namun juga mengingatkan kita bahwa hampir satu dari lima anak di Indonesia masih dalam kondisi berisiko mengalami stunting.

Gangguan pertumbuhan tidak hanya terbatas pada rendahnya tinggi badan.

Anak yang mengalami stunting memiliki risiko mengalami gangguan pemikiran, kesulitan dalam proses belajar, serta lebih rentan terkena penyakit saat dewasa, seperti diabetes, masalah jantung, dan penyakit degeneratif lainnya.

Maknanya, stunting merupakan isu jangka panjang yang akan berdampak pada kualitas generasi penerus bangsa.

Gangguan pertumbuhan dapat dimulai sejak bayi masih berada dalam kandungan.

Kondisi gizi ibu, usia kehamilan, serta berat badan bayi saat lahir menjadi faktor awal yang menentukan.

Setelah lahir, risiko gangguan pertumbuhan yang disebut stunting meningkat jika anak sering mengalami penyakit, seperti diare atau infeksi saluran pernapasan atas yang berulang.

Mengurangi angka stunting bukanlah tugas yang bisa diselesaikan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan komitmen bersama, kerja sama lintas sektor, serta kelanjutan program.

Mulai dari menyediakan makanan bernutrisi untuk ibu hamil, memastikan bayi mendapat ASI secara penuh, meningkatkan kondisi sanitasi lingkungan, hingga memberikan pendidikan gizi kepada keluarga.

Fokus 1.000 Hari Pertama Kehidupan: Titik Pemangku Kebijakan yang Paling Efisien

Masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), mulai dari janin terbentuk hingga anak berusia dua tahun, merupakan periode kritis yang memengaruhi masa depan.

Di masa ini, otak mengalami perkembangan yang pesat dan tubuh membentuk dasar yang penting untuk kesehatan sepanjang hayat.

Kekurangan gizi pada tahap ini dapat memicu stunting, sehingga tindakan pencegahan nutrisi sejak dini sangat penting.

Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) menjadi langkah krusial dalam memastikan ibu hamil, bayi, dan anak balita mendapatkan asupan gizi yang seimbang.

Dengan bantuan asupan nutrisi makro dan mikro, risiko bayi lahir dengan gangguan gizi bisa diminimalkan, sementara anak-anak yang sedang berkembang memiliki kesempatan lebih besar untuk tumbuh sehat, cerdas, dan berkinerja baik.

Bukti ilmiah yang dikeluarkan oleh WHO dan UNICEF menunjukkan bahwa investasi dalam nutrisi selama 1.000 hari pertama kehidupan memberikan manfaat jangka panjang terhadap kualitas sumber daya manusia.

Dengan meningkatkan nutrisi pada masa paling penting ini, Indonesia sedang mempersiapkan generasi yang lebih tangguh untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.

Peran MBG bagi Ibu Hamil, Ibu Menyusui, dan Balita Non-PAUD

Praktik nyata dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) dapat berupa pemberian paket makanan yang kaya akan protein (seperti susu, daging, ikan, dan kacang-kacangan), zat besi, serta nutrisi mikro lainnya seperti vitamin A dan yodium.

Selain itu, MBG dapat mencakup suplemen khusus, seperti tablet besi ditambah asam folat untuk ibu hamil (sesuai anjuran harian 30–60 mg besi elemental + 400 μg asam folat) —sebagai upaya mencegah anemia dan mendukung perkembangan janin.

Selain itu, pendidikan gizi bagi keluarga sangat penting, penelitian mengungkapkan bahwa pemberian edukasi gizi kepada ibu hamil dapat meningkatkan pemahaman, sikap, serta kebiasaan makan yang lebih baik.

Bagi ibu yang sedang menyusui, pasokan nutrisi yang cukup berdampak pada kualitas dan kadar mikronutrien dalam ASI—misalnya, kondisi vitamin A dan karotenoid ibu berkaitan erat dengan kandungan di ASI.

Oleh karena itu, MBG mampu meningkatkan kualitas ASI dan mendukung perkembangan bayi secara maksimal.

Untuk anak balita yang tidak mengikuti PAUD (anak balita yang belum masuk ke program PAUD), kelompok ini seringkali lebih rentan mengalami kekurangan gizi karena tidak mendapatkan akses terhadap program pendidikan gizi atau layanan tambahan.

MBG mampu mengurangi ketimpangan akses terhadap gizi dan berkontribusi dalam memastikan balita yang tidak mengikuti jalur formal tetap memperoleh asupan nutrisi yang cukup.

Dengan bantuan ini, kelompok-kunci tidak “ketinggalan” dalam perjalanan menuju era dengan sumber daya manusia yang unggul menjelang Indonesia Emas 2045.

Kritik Terhadap: Pelaksanaan, Keamanan Pangan, dan Pengawasan agar MBG Sebagai Dasar Strategis Menuju Indonesia Emas 2045

Untuk memastikan MBG benar-benar menjadi investasi yang efektif, pelaksanaannya perlu dilakukan dengan aman dan berkualitas: standar gizi pada menu, keamanan makanan, rantai pasok yang andal, serta pengawasan hasil (kesehatan dan nutrisi).

Pengalaman pelaksanaan program pemberian makanan dalam skala besar di Indonesia belakangan ini menunjukkan betapa pentingnya pengawasan kualitas. Masalah keamanan pangan dapat merusak kepercayaan dan hasil program jika tidak segera ditangani.

Oleh karena itu, desain MBG perlu mencakup prosedur operasional standar keamanan pangan, partisipasi masyarakat, serta sistem pelaporan secara langsung.

Memastikan ketersediaan gizi bagi ibu hamil, menyusui, dan balita non-PAUD merupakan langkah penting: investasi kecil saat ini yang menghindari kerugian besar dalam produktivitas di masa mendatang.

Bila kebijakan gizi awal dirancang dengan baik, terpadu, diawasi, dan fokus pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan, Indonesia sedang memperkuat dasar sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan berkualitas untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.

Sumber utama:

1. Survei Kesehatan Gizi Nasional (SKGN) — hasil 2024 (tingkat stunting sebesar 19,8 persen). badankebijakan.kemkes.go.id

2. Bank Dunia — “Menghabiskan Lebih Baik untuk Mengurangi Stunting di Indonesia” Tinjauan ilmiah mengenai pentingnya nutrisi ibu dan 1.000 Hari Pertama Kehidupan (PubMed / PMC). chrome- extension://kdpelmjpfafjppnhbloffcjpeomlnpah/https://thedocs.worldbank.o

rg/en/doc/283681592911186235-0070022020/render/SpendingbettertoreducestuntinginIndonesia.pdf

3. UNICEF — Panduan Program Nutrisi Ibu Hamil. UNICEF —https://www.unicef.org/documents/programme-guidance-maternal-

Nutrition

4. ayosehat.kemkes.go.id

Penulis :

Ni Made Ari Listiani, S.S., M.Hum.

Perencana Ahli Tingkat Menengah/Kepala Tim Komunikasi dan Informasi Publik

Perwakilan BKKBN Provinsi Bali

Pos terkait