Transformasi Industri Hijau di Jawa Tengah: Menuju Operasional Rendah Karbon
Transformasi industri hijau di Provinsi Jawa Tengah semakin diminati oleh berbagai pelaku usaha. Transisi energi ini mampu menghasilkan operasional rendah karbon yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga efisien dalam penggunaan sumber daya. Program transformasi ini selaras dengan kebijakan pemerintah Indonesia dalam menerapkan Standar Industri Hijau (SIH), memastikan industri nasional beroperasi secara efisien, berdaya saing, dan selaras dengan komitmen menuju Net Zero Emissions 2060.
Jawa Tengah memiliki target mencapai bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 21,32 persen pada tahun 2025. Hal ini menunjukkan bahwa provinsi ini terus berupaya untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan meningkatkan penggunaan sumber energi terbarukan. Ketua Pokja Pengawasan dan Pengendalian Industri Non Agro, Disperindag Provinsi Jawa Tengah, Iwan Indrawan menyampaikan bahwa industri hijau memberikan arah yang jelas bagi industri untuk meningkatkan efisiensi energi, mengurangi emisi, dan memperkuat daya saing.
“Kami terus mendorong percepatan implementasi industri hijau sebagai fondasi transformasi industri di Jawa Tengah. Kami melihat adopsi energi bersih sebagai langkah penting agar industri tetap kompetitif di tengah tuntutan keberlanjutan global,” ujar Iwan Indrawan saat Diskusi dan Media Gathering Inisiatif Dekarbonisasi Wujudkan Industri Hijau, di Semarang 2 Desember 2025.
Kolaborasi Lintas Sektor Sebagai Kunci Percepatan
Menanggapi dorongan kebijakan tersebut, Institute Essential Social Reform (IESR) menekankan bahwa keberhasilan dekarbonisasi industri membutuhkan kombinasi antara kebijakan yang kuat, peningkatan kapasitas teknis, dan akses terhadap teknologi rendah karbon. Rahmat Jaya Eka Syahputra, Koordinator Keterlibatan Pemangku Kepentingan Industri Net-Zero IESR, menilai banyak industri melihat peluang besar dari efisiensi energi dan pengurangan emisi. Namun mereka masih membutuhkan dukungan dalam hal pendanaan dan pemahaman teknis.
“Kolaborasi lintas sektor dari pihak swasta, pemerintah, lembaga keuangan, dan para pemangku kepentingan lainnya akan menjadi kunci percepatan pencapaian Net Zero Emissions 2060,” kata Rahmat.
Momentum Industri Hijau di Jawa Tengah
Penerapan SIH dan meningkatnya kesadaran akan efisiensi energi tercermin dari pertumbuhan adopsi PLTS yang pesat di Jawa Tengah. SUN Energy kini melayani lebih dari 30 perusahaan di provinsi ini dengan total kapasitas terpasang 22 MW. Implementasi ini telah menghasilkan lebih dari 26 juta kWh energi bersih dan mengurangi lebih dari 20 juta kilogram emisi CO₂, setara dengan 330 ribu pohon yang ditanam.
Beberapa sektor industri diantaranya adalah sektor FMCG (Fast Moving Consumer Goods), tembakau, tekstil, furniture, dan manufaktur elektronik. SUN Energy menyediakan layanan keberlanjutan terintegrasi, mulai dari instalasi energi surya end-to-end, teknologi penyimpanan energi, manajemen pengolahan air daur ulang, hingga elektrifikasi kendaraan. Solusi SUN Energy ini dirancang untuk mendukung pemenuhan Standar Industri Hijau (SIH) sekaligus meningkatkan efisiensi operasional di tengah tuntutan global terhadap konsep bisnis ramah lingkungan.
Peran Grup SUN: Ekosistem Keberlanjutan Terintegrasi
Penggunaan energi terbarukan di sektor industri nasional dalam 3 tahun terakhir semakin tumbuh pesat, terutama dari industri manufaktur. Selain dorongan efisiensi, kewajiban dari pasar global seperti Uni Eropa mendorong implementasi ini. Untuk menjawab tantangan sektor industri dalam penerapan operasional rendah karbon, Grup SUN mengambil peran dengan menghadirkan ekosistem solusi keberlanjutan yang meliputi:
- Instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) bagi sektor industri
- Sistem baterai dan penyimpanan energi
- Pengelolaan air berkelanjutan
- Elektrifikasi armada dan infrastruktur EV
“Industri di Jawa Tengah menunjukkan kesiapan yang semakin kuat untuk bertransformasi,” ujar Oky Gunawan, Chief Sales Officer SUN Energy. “Di momentum inilah SUN Energy mengambil peran baru. SUN Energy hari ini tidak hanya bicara soal memasang PLTS. Kami bergerak menjadi Sustainability-as-a-Service provider yang membantu industri menurunkan emisi, meningkatkan efisiensi, dan memenuhi standar global, semua dalam satu ekosistem,” katanya.
Dampak dan Manfaat Bagi Pelaku Industri
Pelaku industri di Jawa Tengah mulai merasakan manfaat konkret dari penggunaan energi bersih. “Pemanfaatan PLTS menjadi langkah strategis untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan sekaligus memenuhi standar keberlanjutan. Kolaborasi dengan SUN Energy membantu menurunkan emisi operasional dan memperkuat pemenuhan persyaratan lingkungan. Inisiatif ini menjadi bagian penting dari komitmen jangka panjang kami untuk mendukung praktik industri yang lebih bertanggung jawab,” ujar Ribawani Shinta Sulistyaningtyas, Compliance Head PT Sumber Bintang Rejeki, salah satu pelaku industri yang telah menerapkan energi surya dalam fasilitas operasionalnya.
Tren positif ini juga terlihat pada perusahaan lain di Jawa Tengah yang memanfaatkan energi surya sebagai upaya meningkatkan daya saing industri. “Efisiensi energi dan pengurangan emisi telah menjadi bagian penting dari strategi Kayu Lapis. Penggunaan PLTS telah membantu kami menurunkan konsumsi energi berbasis fosil sekaligus memperkuat nilai keberlanjutan di rantai perdagangan global,” ujar Didik Adishila, Area Head PT Kayu Lapis Indonesia.
SUN Energy mengajak pelaku industri di Jawa Tengah untuk mengambil langkah proaktif dalam mempercepat implementasi SIH. Pemanfaatan solusi terintegrasi dan kemudahan pembiayaan diharapkan dapat membantu industri meningkatkan efisiensi, menurunkan emisi, dan memperkuat daya saing global.


