Peluang naik saham Kopiko (MYOR) capai Rp2.700?

AA1RRbcb

Kinerja Saham Mayora Indah Tbk. (MYOR) dan Proyeksi Masa Depan

Saham PT Mayora Indah Tbk. (MYOR), produsen minuman kopi ternama di Indonesia, mengalami penurunan signifikan sepanjang tahun 2025. Berdasarkan data Bloomberg, harga saham MYOR turun sebesar 22,66% pada tahun berjalan (year-to-date/YtD) per Jumat (5/12/2025). Pada perdagangan hari itu, saham MYOR dibanderol seharga Rp2.150 per saham.

Meskipun kinerja sahamnya terlihat melemah, beberapa lembaga sekuritas memberikan proyeksi positif terhadap saham konsumen ini. Catherine Florencia, Research Analyst MNC Sekuritas, dalam risetnya yang diterbitkan pada 6 November 2025, menilai bahwa peluang pemulihan kinerja fundamental MYOR terbuka pada kuartal IV/2025.

Menurutnya, harga komoditas yang mulai membaik akan mendorong pemulihan margin perseroan ke depan. Ia memproyeksikan Gross Profit Margin MYOR akan rebound ke level 22% pada kuartal IV/2025, yang sejalan dengan target manajemen. Selain itu, MYOR juga dinilai akan terus menyesuaikan harga jual rata-rata secara selektif pada level 5–10% pada kuartal IV/2025.

Meski demikian, manajemen menyebut bahwa MYOR akan berhati-hati dalam menetapkan harga untuk melindungi margin perseroan ke depan. Catherine menulis bahwa margin telah mencapai titik terendah dan akan membaik pada kuartal IV/2025, didukung oleh meredanya biaya input, momentum ekspor yang lebih baik, permintaan stok menyambut Imlek pada 2026, serta beberapa pesanan awal Lebaran 2026.

MNC Sekuritas merekomendasikan hold pada saham MYOR dengan target harga Rp2.300 per saham. Dasar penurunan proyeksi ini adalah momentum penjualan domestik yang lebih lambat, volatilitas harga bahan baku, ketidakpastian tarif impor, hingga biaya keuangan yang lebih tinggi dari refinancing obligasi.

Di sisi lain, BRI Danareksa Sekuritas dalam risetnya tertanggal 20 November 2025, merekomendasikan beli terhadap saham MYOR. Salah satu alasannya adalah prediksi manajemen tentang pertumbuhan yang lebih kuat pada kuartal IV/2025 lantaran didukung oleh suntikan fiskal pemerintah yang diprediksi mampu mendorong konsumsi pasar massal.

Berdasarkan data, momentum penjualan MYOR pada Oktober 2025 telah membaik dengan pendapatan domestik tumbuh dua digit, sementara pasar ekspor mengalami rebound dengan naik lebih dari 50% MoM di Filipina, China, hingga Vietnam. Meski begitu, manajemen merevisi target pertumbuhan pendapatan tahun 2025 menjadi 6–8% dari 10%.

Analisis BRI Danareksa Sekuritas menilai bahwa inovasi produk yang berkelanjutan dan inisiatif strategis akan mampu menjaga kinerja perusahaan dari volatilitas harga bahan baku dan mendukung margin. Dengan demikian, mereka merekomendasikan buy terhadap saham MYOR dengan target harga Rp2.700 per saham. Menurut prediksi analis, MYOR akan mampu membukukan pendapatan senilai Rp38,53 triliun, dengan laba bersih senilai Rp2,75 triliun pada tahun penuh 2025.

Penerbitan Obligasi sebagai Strategi Keuangan

Adapun, MYOR juga akan kembali menerbitkan obligasi sebagai kelanjutan dari Obligasi Berkelanjutan III Mayora Indah Tahun 2025. Di tengah lesunya kinerja Mayora sepanjang tahun, obligasi ini hadir dengan tawaran yang tidak kalah menarik.

Melansir prospektus Obligasi Berkelanjutan III Mayora Indah Tahap III Tahun 2025, emiten milik Jogi Hendra bakal menerbitkan obligasi dengan jumlah pokok senilai Rp827,55 miliar. Pada penerbitan tahap III, Mayora menerbitkan dua seri obligasi. Seri A memiliki tenor lima tahun dengan tingkat bunga tetap 5,85% per tahun. Sementara itu, Seri B memiliki tenor tujuh tahun dengan tingkat bunga per tahun mencapai 6,15%.

Dengan kata lain, Seri A yang memiliki jumlah pokok Rp363,52 miliar, menawarkan imbal hasil yang berjarak 110 bps dari posisi suku bunga saat ini. Sementara Seri B yang menargetkan jumlah pokok senilai Rp464,03 miliar, memiliki jarak 140 bps terhadap suku bunga.

Obligasi ini juga telah memperoleh hasil pemeringkatan utang dari Pefindo dengan peringkat idAA. Jika dibandingkan yield obligasi korporasi serupa yang memiliki peringkat double A, surat utang Mayora ini sebetulnya memiliki yield yang lebih rendah.

Berdasarkan data Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI), obligasi korporasi dengan rating idAA bertenor lima tahun, memiliki yield sebesar 6,67% dan obligasi bertenor tujuh tahun memiliki yield sebesar 7,02%.

Pos terkait