Kematian Yasser Abu Shabab, Komandan Milisi Anti-Hamas di Gaza
Kematian Yasser Abu Shabab, komandan milisi anti-Hamas di Jalur Gaza, menjadi berita yang mengejutkan dan memicu banyak spekulasi. Menurut laporan media Israel, Abu Shabab tewas dalam peristiwa yang masih belum sepenuhnya jelas penyebabnya. Ia dikenal sebagai pemimpin kelompok Popular Force, yang sebelumnya disebut sebagai Unit Anti-Teror.
Abu Shabab lahir dari suku Bedouin Tarabin di selatan Gaza dan awalnya tidak dikenal luas. Namun, ia mulai muncul ke permukaan pada akhir tahun lalu sebagai kepala milisi anti-Hamas. Awalnya, kelompoknya diberi nama Unit Anti-Teror, namun pada Mei 2025, mereka berganti nama menjadi Popular Force. Kelompok ini diyakini terdiri dari sekitar 100 anggota bersenjata yang beroperasi di wilayah yang dikontrol oleh Israel.
Popular Force sering kali mempresentasikan diri sebagai kelompok nasionalis Palestina yang bertujuan melawan Hamas. Namun, pendekatan ini dianggap sebagai strategi untuk mendukung kepentingan Israel. Meski begitu, tujuan akhir dari Abu Shabab dan kelompoknya tetap tidak jelas, terutama karena Popular Force tidak mendapatkan dukungan besar dari warga Gaza.
Selain itu, Abu Shabab juga pernah ditahan oleh otoritas Palestina di Gaza karena tindak pidana. Ia bebas dari penjara sebelum masa perang Gaza dimulai. Aliansi dengan Israel, yang telah melakukan kampanye genosida di Gaza dan menyebabkan kematian ribuan orang, membuatnya ditolak oleh sebagian besar warga Palestina. Bahkan, bagi suku Bedouin Tarabin, kematian Abu Shabab disebut sebagai “akhir dari babak gelap yang tidak merepresentasikan sejarah dari suku kami”.
Ideologi dan Pencitraan Abu Shabab
Di kalangan analis Timur Tengah, ideologi militansi Abu Shabab tidak jelas. Banyak yang percaya bahwa ambisi untuk berkuasa di Gaza lebih dominan daripada adanya pendirian politik tertentu. Pencitraan awal kelompoknya sebagai “anti-terorisme” juga dianggap ironis mengingat rekam jejak Abu Shabab yang pernah terhubung dengan ISIS.
Abu Shabab juga memiliki perbedaan antara latar belakangnya dan kehadirannya di media sosial. Ia sering mempublikasikan konten dalam bahasa Inggris, termasuk artikel opini yang pernah diterbitkan oleh Wall Street Journal. Dalam artikel tersebut, ia mengeklaim bahwa Popular Forces mengontrol sebagian besar area di Rafah, selatan Gaza, dan siap “untuk membangun kembali sebuah masa depan”. Tujuan utama kelompoknya, menurutnya, adalah memisahkan warga Palestina yang tidak ada kaitannya dengan Hamas yang berperang.
Meskipun mencoba membantah kolaborasinya dengan Israel, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Juni mengakui bahwa pemerintahnya menggunakan klan bersenjata untuk memerangi Hamas. Ide ini didorong oleh nasihat pejabat keamanan di kabinet, meski sebelumnya, ide serupa pernah gagal saat Israel bekerja sama dengan kelompok Angkata Bersenjata Lebanon Selatan.
Penjarahan Bantuan Kemanusiaan
Dalam operasinya di Gaza, Popular Force pernah mencitrakan diri sebagai kelompok yang membantu mendistribusikan bantuan kemanusiaan. Abu Shabab mengatakan kepada CNN bahwa ia memimpin “sebuah kelompok yang berisi warga dari komunitas setempat yang bersedia menjadi relawan untuk melindungi bantuan kemanusiaan dari penjarahan dan korupsi”.
Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa Abu Shabab dan Popular Force sering dituduh menjarah konvoi bantuan kemanusiaan. Memo PBB yang dilaporkan oleh Washington Post menyebut Abu Shabab sebagai “pemangku kepentingan utama dan paling berpengaruh di balik penjarahan yang masif dan sistematis”. Sumber keamanan di Gaza juga mengonfirmasi bahwa Popular Forces ikut berpartisipasi dalam aksi penjarahan bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza.
Tuduhan-tuduhan ini menebalkan persepsi bahwa Abu Shabab adalah antek-Israel. Oleh karena itu, tidak mengejutkan jika sedikit warga Palestina, bahkan mereka yang menentang Hamas, yang berduka atas kematian Abu Shabab.
Penyebab Kematian Abu Shabab
Penyebab kematian Abu Shabab masih belum jelas. Beberapa sumber mengatakan bahwa dia terbunuh akibat pertikaian internal. Menurut sumber pejabat Israel, Abu Shabab terluka dan dievakuasi ke sebuah rumah sakit di selatan Israel. Media Israel awalnya melaporkan bahwa dia dievakuasi ke Soroka Medical Center, namun rumah sakit itu membantah laporan tersebut.
Lembaga penyiaran KAN juga melaporkan bahwa beberapa potongan video di media sosial menunjukkan beberapa anggota milisi Abu Shabab terbunuh oleh orang-orang yang berseru mendukung Hamas. Beberapa bulan terakhir, sayap militer Hamas, Brigade Izzadin al-Qassam, mengeklaim bahwa mereka telah berhasil menangkal milisi Abu Shabab.
Pada akhir Oktober, Brigade al-Qasam dan agensi media resmi Hamas, SAFA, mengeklaim mereka menahan “sejumlah anggota milisi (Abu Shabab) dan menyita peralatan militer dan persenjataan” yang digunakan oleh para milisi. Al-Qassam juga mengeklaim mereka melancarkan sejumlah operasi penyergapan terhadap milisi Abu Shabab pada Oktober.
