JAKARTA – Generasi Z, yang lahir antara 1997 hingga 2012, kini menghadapi tantangan besar dalam memenuhi keinginan memiliki rumah sendiri. Harga properti yang terus meningkat, biaya hidup yang tidak stabil, serta sistem pembiayaan yang belum sepenuhnya ramah generasi muda membuat impian ini sering dianggap sebagai “ilusi”. Namun, pemerintah melalui berbagai kebijakan dan program subsidi perumahan telah mulai membuka peluang bagi Gen Z untuk meraih aset penting ini.
Menurut data Pinhome Indonesia Residential Market Report 2024 & Outlook 2025, pertumbuhan inventori rumah di wilayah dengan infrastruktur strategis mencapai 130%, sementara pencarian rumah tumbuh di semua segmen, dengan rumah sederhana memimpin pertumbuhan sebesar 149%. Selain itu, transaksi KPR dan KPA meningkat 60%, dengan KPR Take Over mendominasi 63% dari total transaksi.
Fakta Utama
Pemerintah telah menyediakan beberapa solusi untuk memperluas akses kepemilikan rumah bagi generasi muda, termasuk program FLPP (Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan), Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM), dan Subsidi Selisih Bunga (SSB). Data Ditjen Pembiayaan Infrastruktur Kementerian PUPR menunjukkan bahwa sepanjang 2010–2024, lebih dari 1,3 juta rumah telah dibantu melalui skema FLPP. Pada tahun 2025, target penambahan adalah 350.000 unit rumah bersubsidi, mayoritas menyasar milenial berpenghasilan rendah dan menengah.
Selain itu, pemerintah juga memperkuat ekosistem digitalisasi pembiayaan perumahan melalui sistem SiKasep (Sistem Informasi KPR Subsidi Perumahan), yang memungkinkan generasi muda mendaftar rumah bersubsidi secara daring.
Konfirmasi & Narasi Tambahan
“Kami optimis akses kepemilikan rumah dapat tetap terbuka khususnya bagi Milenial dan Gen Z,” kata Dayu Dara Permata, CEO & Founder Pinhome. “Potensi yang inklusif juga terlihat di area luar Pulau Jawa, di mana minat pembelian rumah diprediksi akan meningkat terkait konektivitas yang semakin baik.”
Menurut Kementerian PUPR, kebutuhan rumah di Indonesia saat ini mencapai 12,7 juta unit, dengan 81 juta generasi milenial belum memiliki rumah. Minat untuk membeli rumah tapak masih tinggi, terutama karena preferensi masyarakat terhadap kepemilikan tanah. Namun, ketersediaan lahan di perkotaan semakin terbatas, sehingga harga rumah semakin sulit dijangkau.
Analisis Konteks
Program Tiga Juta Rumah menjadi salah satu upaya pemerintah dalam menjawab tantangan ini. Targetnya adalah menyediakan satu juta rumah di perkotaan dan dua juta rumah di perdesaan. Namun, tantangan seperti ketersediaan lahan, kepastian hukum, dan sinergi antara pemerintah pusat dan daerah masih menjadi kendala utama.
Sementara itu, perpanjangan PPN DTP 100% hingga Juni 2025 diharapkan mampu meningkatkan pembelian rumah di bawah 2 miliar rupiah, terutama untuk konsumen rumah pertama. Penurunan BI Rate pada Januari 2025 menjadi 5,75% juga diprediksi akan memperkuat daya beli masyarakat.
Data Pendukung
- Pertumbuhan inventori rumah di Kabupaten Tangerang: 120% secara tahunan.
- Pertumbuhan inventori rumah di Bandar Lampung: 593%.
- Pertumbuhan inventori rumah di Kota Balikpapan: 555%.
- Pertumbuhan inventori rumah di Kabupaten Sukabumi: 292%.
- Pertumbuhan inventori rumah di Kabupaten Malang: 265%.
Selain itu, pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang mencapai 1.042 km dan target 3.000 km diharapkan mendorong munculnya kawasan ekonomi baru dan menarik minat pengembang perumahan.
