Hari pertama siswa terdampak erupsi Gunung Semeru kembali masuk sekolah menjadi momen penting dalam pemulihan pendidikan dan psikologis anak-anak. Banyak dari mereka datang dengan kondisi yang tidak sepenuhnya pulih, tetapi semangat untuk belajar dan bertemu teman-teman kembali mengisi ruang kelas. Artikel ini akan menjelaskan berbagai fakta penting tentang situasi siswa di sekolah setelah bencana, serta upaya pemerintah dan masyarakat dalam memastikan proses pembelajaran tetap berjalan.
Pemulihan Pendidikan Pasca-Bencana
Bencana erupsi Gunung Semeru pada 19 November 2025 telah mengguncang banyak daerah di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Tidak hanya merusak infrastruktur, bencana ini juga mengganggu proses pendidikan bagi ratusan siswa. Namun, sejak hari pertama kembali masuk sekolah, komunitas pendidikan dan pemerintah berupaya keras untuk memastikan anak-anak tetap bisa belajar.
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) turut serta dalam pemulihan ekosistem pendidikan. Mereka bekerja sama dengan berbagai lembaga seperti Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP), Direktorat Sekolah Dasar, serta organisasi kemanusiaan lainnya. Tujuannya adalah memastikan bahwa semua siswa terdampak dapat melanjutkan pembelajaran dengan aman dan nyaman.
Beberapa langkah yang dilakukan antara lain:
- Mendirikan tenda kelas darurat.
- Memberikan paket perlengkapan belajar dan buku bacaan.
- Membantu pemulihan mental dan psikososial siswa.
- Melakukan peninjauan dan revitalisasi sekolah yang rusak.
Dengan bantuan tersebut, para siswa dapat kembali menempuh pendidikan meski dalam kondisi yang masih sangat terganggu.
Kondisi Sekolah Pasca-Erupsi
Di Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, tiga sekolah dasar terkena dampak erupsi. SD Supiturang 4 digunakan sebagai tempat pengungsian, sedangkan SD Supiturang 2 hancur total akibat material vulkanik. Sementara itu, SD Negeri Pronojiwo 1 menjadi tempat sementara bagi siswa dari dua sekolah yang rusak.
Proses belajar mengajar diadakan secara dua gelombang karena jumlah siswa meningkat. Gelombang pertama dimulai pukul 07.00 WIB, sedangkan gelombang kedua mulai pukul 12.00 WIB. Hal ini dilakukan agar semua siswa dapat mendapatkan akses pendidikan tanpa terlalu padat.
Siswa-siswa yang sebelumnya tinggal di dusun yang sama kini harus belajar bersama dengan teman-teman dari sekolah lain. Meski awalnya bingung, mereka akhirnya berbaur dan kembali berinteraksi seperti biasanya.
Pengalaman Siswa yang Kembali ke Sekolah
Salah satu siswa, Daffa Ibnu Hafida (11 tahun), datang ke sekolah dengan pakaian bebas berwarna cerah. Ia mengaku kehilangan semua barang miliknya, termasuk seragam sekolah dan alat tulis. Rumahnya juga hancur akibat erupsi, sehingga ia tidak bisa membawa apa pun.
“Semua hilang, rumah saya juga hilang. Jadi tidak bisa membawa apa-apa,” ujar Daffa. Meskipun dalam kondisi sulit, ia merasa bahagia bisa kembali bertemu teman-temannya dan belajar lagi.
Guru SDN Pronojiwo 2, Haryono, menyebutkan bahwa hari pertama ini sangat penting untuk memulihkan keadaan. Mereka melakukan pendataan siswa dan mencoba menghubungi orang tua untuk memastikan semua anak hadir.
Bagi anak-anak tersebut, belajar dan bermain bersama teman-teman sedikit banyak mengurangi trauma mereka. Proses pembelajaran ini juga memberi mereka kesempatan untuk melanjutkan perjalanan menuju cita-cita.
Upaya Pemerintah dan Masyarakat
Selain bantuan dari Kemendikdasmen, pemerintah setempat juga berperan penting dalam pemulihan pendidikan. Sekretaris Daerah Kabupaten Lumajang, Agus Triyono, membenarkan bahwa siswa SDN 2 Supiturang akan dipindahkan ke SDN 1 Supiturang yang jaraknya sekitar 2 kilometer dari lokasi sekolah yang hancur.
Selain itu, guru-guru dan tenaga pendidik berusaha memastikan bahwa semua siswa tetap bisa belajar. Meski ada kendala dalam komunikasi dengan orang tua, mereka terus berupaya untuk memastikan kehadiran siswa dan kelancaran proses belajar.
Pentingnya Pemulihan Psikologis
Tidak hanya fisik, pemulihan psikologis juga menjadi fokus utama dalam proses pendidikan pasca-bencana. Anak-anak yang terdampak erupsi sering kali mengalami trauma dan kecemasan. Oleh karena itu, pihak sekolah dan lembaga kemanusiaan memberikan bantuan psikososial untuk membantu mereka melalui masa sulit ini.
Program seperti simulasi kedaruratan dan penyusunan SOP kedaruratan juga diterapkan untuk memastikan keamanan dan kenyamanan siswa di lingkungan sekolah.
Kesimpulan
Hari pertama siswa terdampak erupsi Semeru kembali ke sekolah menjadi simbol harapan dan ketangguhan. Meski dalam kondisi yang masih sangat terganggu, para siswa dan guru berupaya keras untuk melanjutkan proses pendidikan. Dukungan dari pemerintah, masyarakat, dan organisasi kemanusiaan sangat penting dalam memastikan keberlanjutan pendidikan dan pemulihan psikologis anak-anak.
Jika Anda ingin tahu lebih lanjut tentang upaya pemulihan pendidikan pasca-bencana atau bagaimana masyarakat berkontribusi dalam proses ini, jangan ragu untuk membaca artikel-artikel terkait. Setiap langkah kecil yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah bisa menjadi fondasi besar untuk masa depan yang lebih baik.
