Data Terkini BNPB: Jumlah Pengungsi Capai Puluhan Ribu di Lima Kabupaten Terdampak Banjir

Banjir yang melanda sejumlah wilayah di Indonesia kembali memicu kekhawatiran, terutama setelah data terkini dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan jumlah pengungsi yang mencapai puluhan ribu jiwa di lima kabupaten terdampak. Kondisi ini menunjukkan bahwa bencana alam ini masih berlangsung dan mengancam keselamatan serta kesejahteraan masyarakat.

Dalam laporan terbaru, BNPB mencatat bahwa jumlah pengungsi korban banjir telah meningkat secara signifikan. Di lima kabupaten yang terdampak, jumlah pengungsi mencapai puluhan ribu orang. Data ini dirilis setelah tim gabungan melakukan pendataan intensif di lapangan, yang menunjukkan bahwa situasi darurat masih berlangsung.

Di antara daerah yang paling terdampak adalah Kabupaten Pati, Jawa Tengah, di mana banjir menyebabkan genangan air yang cukup dalam. Genangan air di pekarangan rumah warga mencapai hingga 1,4 meter, sehingga membuat banyak warga harus mengungsi. Menurut Danramil 02/Juwana, Kapten Inf Kusmiyanto, total jumlah pengungsi di Kecamatan Juwana mencapai 818 jiwa, dengan 329 KK yang terdampak. “Terbanyak di Doropayung, 600 jiwa yang mengungsi,” ujar Kusmiyanto.

Selain itu, ada 15 desa di Kecamatan Juwana yang terkena banjir, termasuk desa-desa yang menyediakan posko pengungsi di balai desa. Genangan air belum ada tanda-tanda surut, sehingga warga masih kesulitan untuk kembali ke rumah mereka.

Kusmiyanto juga menyampaikan bahwa saat ini warga hanya mengandalkan bantuan dari komunitas, sementara bantuan dari pemerintah daerah belum ada. Ia berharap agar segera ada bantuan tambahan dari pemerintah karena prediksi banjir ini agak lama. “Kami berharap ada bantuan lagi karena curah hujan belum dikatakan berkurang dan kemudian kiriman dari beberapa waduk, Gembong, Gunungrowo dan Kedungombo,” lanjutnya.

Di luar Jawa Tengah, banjir juga melanda beberapa wilayah di Sumatera. Misalnya, di Sumatra Utara, banjir bandang dan longsor memutus akses darat menuju Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng). Gubernur Sumatera Utara, Muhammad Bobby Afif Nasution, terbang langsung menggunakan pesawat Hercules membawa logistik dan obat-obatan ke wilayah yang terisolir.

Menurut data BNPB, banjir di Sumatera mulai tercatat sejak Rabu, 26 November 2025, diawali di Kota Binjai. Intensitas hujan yang sangat lebat menyebabkan meluapnya tiga sungai besar yakni Sungai Bingai, Mencirim, dan Bangkatan yang kemudian menenggelamkan permukiman. Di Binjai saja, tercatat sekitar 5.818 Kepala Keluarga (KK) atau 19.349 jiwa terdampak di lima kecamatan.

Selain korban jiwa, sebanyak 279 orang dilaporkan masih dalam status hilang, dan 18 orang tercatat mengalami luka-luka di tiga provinsi terdampak. Data ini diperoleh dari pendataan intensif di lapangan oleh tim gabungan SAR yang terdiri dari Basarnas, TNI-Polri, BNPB, dan para relawan.

Kepala BNPB, Letjen TNI Dr. Suharyanto S.Sos., M.M., dalam konferensi pers pada Sabtu (29/11/2025), mengonfirmasi bahwa total korban jiwa meninggal dunia akibat bencana ini telah mencapai 303 orang. Angka ini bersifat dinamis dan diperkirakan masih bisa bertambah seiring proses pencarian yang masih berlangsung intensif.

Dari rincian data tersebut, Sumatra Utara menjadi daerah yang paling terdampak, dengan 166 jiwa meninggal dunia, 143 jiwa hilang, dan jumlah korban luka-luka yang belum terinci. Di Sumatra Barat, tercatat 90 jiwa meninggal dunia, 85 jiwa hilang, dan 10 orang terluka. Sementara di Aceh, 47 jiwa meninggal dunia, 51 jiwa hilang, dan 8 orang terluka.

Perlu dicatat bahwa situasi banjir ini masih berlangsung, dan masyarakat di daerah terdampak membutuhkan bantuan lebih lanjut. Dengan kondisi cuaca yang tidak stabil, potensi banjir dan longsor tetap tinggi, sehingga perlu adanya penanganan yang cepat dan efektif.

Pos terkait