8 Makna Filosofis Motif Batik Parang yang Jarang Diketahui batik parang motif

8 Makna Filosofis Motif Batik Parang yang Jarang Diketahui

Batik Parang merupakan salah satu motif batik klasik tertua di Indonesia yang memiliki nilai filosofi mendalam. Motif ini berasal dari lingkungan keraton Jawa, khususnya Kesultanan Mataram, dan menjadi simbol kebijaksanaan, keberanian, serta kesinambungan hidup.

Menurut Museum Sonobudoyo Yogyakarta, nama “parang” berasal dari kata pereng yang berarti lereng atau kemiringan. Hal ini mencerminkan kehidupan yang selalu bergerak dinamis dan penuh perjuangan. Secara visual, motif Batik Parang ditandai dengan pola diagonal menyerupai ombak laut yang berulang terus-menerus. Pola ini menggambarkan semangat pantang menyerah dalam menghadapi tantangan kehidupan.

Garis miring yang tak terputus juga melambangkan hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, dan manusia dengan alam. Dalam tradisi Jawa, motif Parang dahulu hanya boleh dikenakan oleh kalangan bangsawan dan keluarga kerajaan.

Fakta Utama

Batik Parang memiliki makna filosofis yang dalam dan sering kali tidak diketahui oleh masyarakat luas. Misalnya, Parang Rusak Barong melambangkan kekuatan dan tanggung jawab pemimpin dalam menjaga rakyatnya, sementara Parang Klitik menggambarkan kelembutan dan kebijaksanaan seorang perempuan.

Setiap jenis Parang memiliki makna yang berbeda. Contohnya, Parang Kusumo melambangkan hubungan antar manusia yang tak terputus dan selalu terjalin secara berkesinambungan. Makna ini mencerminkan ikatan erat, terutama dalam hubungan keluarga.

Selain itu, Batik Parang juga menjadi simbol nilai-nilai luhur yang diwariskan lintas generasi. Pola yang berulang mengajarkan pentingnya kesinambungan budaya dan konsistensi dalam menjalani kehidupan.

[IMAGE: 8 Makna Filosofis Motif Batik Parang yang Jarang Diketahui batik parang motif]

Konfirmasi & Narasi Tambahan

Kartono, Abdi Dalam Keraton Mangkunegaran yang telah mengabdi selama 50 tahun, menjelaskan bahwa mitos tentang hubungan istimewa antara Pendiri Kerajaan Mataram, Panembahan Senopati, dan Nyi Roro Kidul sering disebut dalam cerita turun-temurun. “Mitos lihat gambar dari Ratu Kidul itu parang (ombak), dipercaya mereka ada hubungan suami istri bersama Ratu Kidul, sampai awal Panembahan Senopati sudah memiliki hubungan, sehingga ada perjanjian Ratu Kidul membantu Kerajaan Mataram,” katanya.

Menurut Kartono, hingga kini Batik Parang masih dilarang digunakan oleh masyarakat biasa saat berada di lingkup keraton. Masyarakat boleh mengenakannya asalkan berada di luar lingkup keraton.

Sementara itu, Didik Wibowo dari Museum Batik Yogyakarta menyatakan bahwa batik parang dahulu adalah motif terlarang bagi masyarakat luar keraton Mataram karena penggunaan yang diatur oleh penguasa. “Saat itu, para saudagar mengkombinasikan motif parang dengan motif lain, seperti parang grompol yang melambangkan rezeki melimpah, dan prabu anom parang tuding yang melambangkan kedudukan baik dan awet muda,” ujarnya.

[IMAGE: 8 Makna Filosofis Motif Batik Parang yang Jarang Diketahui batik parang motif]

Analisis Konteks

Motif Parang bukan sekadar karya seni tekstil, tetapi juga cerminan falsafah hidup masyarakat Jawa yang menekankan keseimbangan antara kekuatan, kesabaran, dan kebijaksanaan. Meski kini telah mengalami inovasi desain, nilai-nilai filosofi Batik Parang tetap dijaga sebagai bagian dari identitas budaya bangsa.

Dari segi sejarah, Batik Parang memiliki jejak yang terkait dengan zaman Keraton Mataram. Diketahui, motif ini disebut memiliki mitos terkait hubungan istimewa antara Pendiri Kerajaan Mataram, Panembahan Senopati, dan Nyi Roro Kidul. Apalagi, batik parang memang memiliki motif yang terlihat seperti ombak.

[IMAGE: 8 Makna Filosofis Motif Batik Parang yang Jarang Diketahui batik parang motif]

Related posts