Kisah ayah korban pembacokan di Bekasi menjadi cerita yang menyentuh dan penuh makna. Dalam artikel ini, kita akan menggali kisah perjuangan seorang ayah yang harus menghadapi kejadian mengerikan yang menimpa anaknya. Melalui pengalaman dan dukungan keluarga, kita akan melihat bagaimana kekuatan dan ketabahan bisa menjadi penopang dalam situasi sulit.
Artikel ini akan memberikan wawasan mendalam tentang perjalanan keluarga tersebut, dari awal kejadian hingga proses pemulihan dan harapan untuk masa depan. Anda akan belajar bagaimana keluarga menghadapi tantangan, serta pentingnya bantuan sosial dan komunitas dalam situasi seperti ini.
Latar Belakang Kejadian
Pada suatu malam yang tidak terduga, seorang anggota perguruan silat di Bekasi menjadi korban pembacokan oleh orang tak dikenal (OTK). Kejadian ini terjadi di Jalan Bale Padi, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo. Wisnu, salah satu korban, mengalami luka serius di lengan dan kakinya. Saat itu, ia sedang bersama rombongan perguruan silat yang pulang dari acara pengesahan pesilat di Kecamatan Polokarto.
Kejadian ini menimbulkan trauma besar bagi Wisnu dan keluarganya. Ia terbaring lemah di atas kasur selama lebih dari satu bulan pasca kejadian. Proses pemulihan membutuhkan biaya yang sangat besar, terutama karena perlu dilakukan ganti perban setiap dua hari sekali. Setiap kali ganti perban, keluarga harus merogoh kocek hingga Rp400 ribu, dengan biaya per luka sebesar Rp100 ribu.
Perjuangan Keluarga
Ibu korban, Suwartini (55), menjelaskan bahwa luka Wisnu berada di empat titik, yakni lengan kanan, lengan kiri, kaki kanan, dan kaki kiri. Total, perawatan sudah dilakukan lebih dari 18 kali hingga saat ini. Biaya perawatan yang besar membuat keluarga sangat bergantung pada bantuan donasi dari sesama anggota perguruan silat arus bawah Solo Raya.
Selain itu, motor milik Wisnu yang dibakar pelaku di lokasi kejadian juga masih dalam status kredit. Untuk membantu beban keluarga, rekan-rekan dari perguruan silat turut urunan untuk mengganti DP dan beberapa angsuran motor jenis Scoopy milik Wisnu. “Motor itu milik saya, tapi masih kredit. DP dan angsurannya lalu diganti oleh teman-teman. Kami benar-benar terbantu sekali,” ujar Suwartini.
Dampak Psikologis dan Fisik
Wisnu masih belum bisa jalan akibat luka serius yang dideritanya. Luka di lengan kanan dan kiri masih basah dan harus terus diperban. Kaki kanan juga masih diperban, dan yang paling parah adalah kaki kiri, dari lutut ke bawah belum bisa ditekuk. Luka di bagian lutut kiri sangat parah karena kulitnya mengelupas dan tulangnya pecah akibat sabetan senjata tajam dari pelaku. Hal itu membuat proses pemulihan berjalan lebih lama.
Akibat kondisi tersebut, Wisnu terpaksa mengundurkan diri dari pekerjaannya di sebuah perusahaan percetakan di kawasan Kartasura. Sebagai anak sulung dari tujuh bersaudara, keputusan itu menjadi beban tersendiri bagi dirinya dan keluarga. “Dengan kondisi seperti ini saya otomatis resign dari tempat kerja. Padahal sebelumnya saya bantu orang tua dan adik-adik dari hasil kerja saya,” katanya.
Pengakuan Korban
Detik-detik mencekam saat dirinya dibacok orang tak dikenal masih terekam jelas dalam memori Wisnu. Ia menjelaskan bahwa saat kejadian berada di barisan ketiga dari belakang dalam iring-iringan rombongan berjumlah tujuh sepeda motor. Kala itu rombongannya pulang dari acara pengesahan pesilat di Kecamatan Polokarto.
Waktu itu, ia barisan ketiga dari belakang. Tiba-tiba sampainya di TKP tangan kanan saya disabet pakai golok, bentuknya bukan celurit tapi golok besar, seperti yang biasa dipakai sembelih sapi. Korban menjelaskan serangan itu membuat dirinya terjatuh. Reflek membuatnya mencoba lari dari lokasi, tetapi apes, celana Wisnu tersangkut sepeda motor. Saat itu, ia tengah berboncengan. Rekannya berhasil lari meski tetap mengalami luka di bagian pipi.
Harapan dan Tindakan
Hingga kini, kasus ini belum menemui titik terang. Hingga kini, pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan dan belum menetapkan tersangka. Wisnu pun berharap besar agar aparat penegak hukum segera menangkap para pelaku. “Saya cuma ingin pelakunya segera ditangkap, biar tidak ada lagi korban seperti saya,” tandasnya.
Perjuangan Wisnu dan keluarganya menjadi contoh betapa pentingnya dukungan sosial dan bantuan dari lingkungan sekitar. Mereka telah melalui masa-masa sulit dengan kekuatan dan ketabahan. Meskipun masih dalam proses pemulihan, mereka tetap optimis dan berharap dapat segera kembali normal.
