Mengenal Fenomena Couchsurfing dan Backpacking Murah sebagai Pilihan Liburan Favorit

Lead: Di tengah kondisi ekonomi yang lesu, tren liburan hemat seperti couchsurfing dan backpacking murah semakin diminati. Wisatawan kini lebih memilih pengalaman unik daripada fasilitas mewah.

Fakta Utama

Di tengah situasi ekonomi yang tidak stabil, banyak wisatawan di Indonesia beralih ke pilihan liburan yang lebih hemat. Fenomena couchsurfing dan backpacking murah menjadi alternatif populer karena biaya yang terjangkau serta kesempatan untuk mengalami pengalaman autentik.

Menurut Rudy Lie, President Director PT BET Obaja International, saat ini wisatawan lebih memprioritaskan pengalaman (experience) daripada destinasi mahal atau fasilitas mewah. “Mereka mencari paket yang efisien, harga yang terjangkau, tapi tetap dapat pengalaman yang bagus,” ujarnya.

Konfirmasi & Narasi Tambahan

Echi, seorang pelaku solo backpacking, berbagi pengalamannya. Ia awalnya takut melakukan perjalanan sendirian, namun ternyata justru sangat menyenangkan. “Saya pikir solo backpacking akan menakutkan. Setelah melakukan ini, ternyata sangat menyenangkan,” katanya.

Echi menjelaskan bahwa persiapan adalah kunci sukses dalam backpacking. Mulai dari membaca 10 artikel atau blog perjalanan, bergabung dengan komunitas backpacker di Facebook, hingga mencari teman melalui Couchsurfing atau Bewelcome. “Kamu bisa peroleh penginapan gratis bahkan kesempatan untuk jalan-jalan dengan warga lokal,” tambahnya.

Sementara itu, The Broke Backpacker, sebuah situs yang fokus pada travel hemat, menjelaskan bahwa Couchsurfing adalah platform yang menghubungkan backpacker dengan pemilik rumah yang bersedia memberi akomodasi secara gratis. “Anda tidak selalu tidur di sofa. Banyak pemilik rumah memiliki kamar tidur tambahan dan kamar mandi pribadi,” kata mereka.

Analisis Konteks

Tren liburan hemat ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di berbagai belahan dunia. Menurut Rudy Lie, meskipun liburan hemat sedang tren, bukan berarti destinasi luar negeri sepi peminat. “Antusias masyarakat untuk liburan ke luar negeri juga masih tinggi, apalagi saat libur Lebaran atau akhir tahun,” ujarnya.

Tiongkok menjadi salah satu tujuan favorit karena infrastruktur wisatanya yang baik dan harga paket yang relatif murah. “Ke China itu biayanya bisa di bawah Rp15 juta untuk 7 hingga 8 hari, sudah termasuk tiket, akomodasi, makan, dan tur,” jelas Rudy.

Data Pendukung

Menurut data dari PT BET Obaja International, sejumlah besar wisatawan kini lebih memilih hotel di pinggiran kota yang akses transportasinya mudah dibandingkan hotel mewah. “Hotel kan hanya untuk istirahat. Dengan memilih lokasi yang sedikit bergeser dari pusat, harga bisa jauh lebih efisien,” kata Rudy.

Selain itu, banyak wisatawan kini lebih memilih mencoba kuliner lokal daripada makan di restoran mewah. “Biarkan wisatawan memilih makanan lokal sesuai selera mereka. Itu justru memberi pengalaman lebih otentik,” jelasnya.

Related posts