Update Terbaru Korban Kebakaran Apartemen Hong Kong: Informasi Terkini dan Penanganan

Kebakaran hebat yang terjadi di kompleks apartemen Wang Fuk Court, Distrik Tai Po, Hong Kong, telah menewaskan 94 orang hingga Jumat (28/11), dengan 279 korban lainnya masih hilang. Kebakaran ini menjadi salah satu insiden paling mematikan dalam sejarah modern kota tersebut. Dalam laporan terbaru, dua warga negara Indonesia (WNI) dikabarkan tewas, sementara tujuh pekerja migran dari Indonesia masih dinyatakan hilang.

Kronologi Lengkap

Bacaan Lainnya

Kebakaran dimulai pada Rabu (26/11) sore, saat api muncul dari perancah bambu dan jaring konstruksi yang digunakan selama proses renovasi. Api cepat menyebar ke tujuh dari delapan menara apartemen, menyebabkan kerusakan parah. Pihak berwenang mengklaim bahwa bahan styrofoam yang digunakan dalam renovasi mempercepat penyebaran api. Operasi penyelamatan dilakukan oleh 767 pemadam kebakaran, namun banyak korban terjebak di dalam gedung yang terbakar.

Seorang laki-laki yang ditemui oleh BBC mengungkapkan kekhawatirannya tentang bagaimana api bisa menyebar begitu cepat. “Apa penyebab unit itu dipenuhi asap hanya dalam 10 menit?” tanyanya. Banyak penghuni apartemen juga khawatir karena alarm kebakaran sempat dimatikan selama renovasi, sehingga tidak memberi peringatan dini.

Mengapa Menjadi Viral?

Kebakaran ini viral karena jumlah korban yang sangat tinggi dan video-video yang menunjukkan kondisi tragis di lokasi kejadian. Video yang diunggah ke media sosial menampilkan tim penyelamat mencari korban di antara puing-puing, sementara api masih terlihat dari beberapa jendela. Selain itu, kejadian ini juga memicu diskusi tentang keamanan perancah bambu yang digunakan dalam proyek konstruksi di Hong Kong.

Banyak netizen mengkritik penggunaan material mudah terbakar seperti bambu dan styrofoam dalam proyek renovasi. Mereka menilai bahwa kebijakan keselamatan yang kurang ketat berkontribusi pada kecelakaan ini. Selain itu, adanya tanggung jawab dari pihak kontraktor juga menjadi topik utama dalam pembahasan publik.

Respons & Dampak

Pemerintah Hong Kong menyatakan bahwa prioritas utama adalah memadamkan api dan menyelamatkan warga yang terjebak. Kepala eksekutif John Lee mengatakan bahwa operasi penyelamatan sedang berlangsung secara penuh. Sementara itu, 3 orang—dua direktur dan seorang konsultan teknik dari perusahaan konstruksi—telah ditangkap atas tuduhan pembunuhan. Investigasi kriminal sedang dilakukan untuk menemukan penyebab kebakaran.

Dampak sosial dari kejadian ini sangat besar. Banyak keluarga masih menunggu kabar dari kerabat mereka yang hilang. Seorang perempuan berusia 82 tahun, Wu, tetap tinggal di luar apartemen sambil menyaksikan api meredup, meski teman-temannya sudah pergi. Ia mengatakan, “Saya tinggal di sini untuk menyaksikan apa yang terjadi.”

Fakta Tambahan / Klarifikasi

Menurut data terbaru, 76 orang terluka, termasuk 11 petugas pemadam kebakaran. Delapan blok hunian di kompleks tersebut telah direnovasi sejak Juli 2024, dilapisi perancah bambu dan jaring hijau. Departemen Bangunan Hong Kong telah menetapkan persyaratan material tahan api yang ketat, namun investigasi masih berlangsung terkait penyebab kebakaran.

Selain itu, otoritas pemberantas korupsi meluncurkan penyelidikan korupsi atas pekerjaan perbaikan senilai HKD330 juta. Pihak berwenang juga menangani masalah keamanan perancah bambu yang digunakan dalam proyek konstruksi. Meski bambu dikenal ringan dan kuat, ia memiliki kelemahan intrinsik seperti tingkat pembakaran yang tinggi, yang menimbulkan risiko keselamatan.

Kesimpulan & Perkembangan Selanjutnya

Kebakaran di apartemen Hong Kong menjadi peristiwa yang sangat menggemparkan masyarakat. Dengan 94 korban jiwa dan 279 orang hilang, situasi ini memicu kritik terhadap kebijakan keselamatan dan penggunaan material konstruksi. Publik kini menantikan hasil investigasi resmi dan langkah-langkah pencegahan di masa depan.








Pos terkait