Penyebab dan Dampak Hipertensi pada Generasi Muda
Tekanan darah tinggi atau hipertensi kini semakin umum terjadi di berbagai negara berkembang. Kondisi ini terjadi ketika tekanan darah seseorang meningkat hingga mencapai tingkat yang tidak sehat. Angka hipertensi di Nigeria diperkirakan mencapai 36 persen, menurut data dari Badan Kesehatan PBB (WHO) “Hypertension Nigeria 2023”. World Heart Federation menyebut hipertensi sebagai silent killer (pembunuh diam-diam), menjadi penyebab kematian nomor satu secara global.
Setengah dari keseluruhan angka kematian akibat penyakit jantung dan stroke di seluruh dunia disebabkan oleh komplikasi dari penyakit ini. Di Indonesia, Survei Kesehatan Nasional tahun 2023 mencatat bahwa angka hipertensi mencapai 30,8 persen berdasarkan pengukuran tekanan darah. Tiga provinsi dengan prevalensi hipertensi tertinggi adalah Kalimantan Tengah (40,7 persen), Kalimantan Selatan (35,8 persen), dan Jawa Barat (34,4 persen).
Dulu, hipertensi dianggap lebih menyerang kelompok lanjut usia. Namun, para ahli kini memperingatkan bahwa orang dewasa muda kian berisiko. Stres menjadi faktor utama hipertensi. Ese Odogu, seorang desainer mode di Lagos, didiagnosis menderita hipertensi pada usia 26 tahun. Salah satu tanda yang ia rasakan adalah rambut mulai rontok. Ia mengatakan stres menjadi faktor utama penyebab hipertensi, selain bangun pukul 4 pagi dan pulang larut setelah pukul 10 malam. Bekerja di sektor perbankan membuatnya kurang tidur, dan ia menjalani serangkaian tes yang mengejutkannya.
Jika tidak diobati, tekanan darah tinggi dapat menyebabkan komplikasi serius seperti gagal jantung dan stroke. Para ahli medis, seperti John Tehinse, seorang ahli gizi Nigeria Health and Environmental, menyebut kenaikan tren hipertensi disebabkan pola makan dengan kandungan garam yang tinggi. Simeon Isezuo, seorang konsultan kardiologi di Rumah Sakit Usmanu Danfodiyo University, Sokoto, mengatakan bahwa faktor hipertensi meliputi “pola makan tinggi garam, obesitas, gaya hidup kurang bergerak, konsumsi alkohol berlebihan, stres kronis, rokok, dan kecenderungan genetik tertentu.”
Para ahli menyayangkan masih rendahnya kesadaran masyarakat akan hipertensi. Menurut data WHO 2025, diperkirakan ada 1,4 miliar orang dewasa di seluruh dunia memiliki hipertensi dengan 600 juta di antaranya tidak menyadari bahwa mereka memiliki hipertensi. Hanya sekitar 23 persen dari jumlah tersebut yang dapat mengendalikan hipertensi, menjaga tekanan darah mereka dalam batas normal.
Cara Mencegah dan Mengelola Hipertensi
“Kebanyakan faktor risiko ini bisa dicegah,” kata Dr Francis Asogwa, seorang konsultan kardiologi yang berbasis di Lagos. “Kita telah melihat banyak komplikasi kardiovaskular pada orang dewasa muda, mereka mulai mengalami stroke, infark miokard, penyakit arteri paru, dan gagal jantung.” Di negara dengan harapan hidup sekitar 56,5 tahun, ketika orang berusia 18–39 tahun mulai mengalami tekanan darah tinggi, ini akan benar-benar memengaruhi demografi negara, bahkan ekonomi negara.
Dr. Tunggul D. Situmorang, mantan Presiden Indonesian Society of Hypertension, menyarankan untuk menerapkan pola hidup “CERDIK”: Cek kesehatan rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin beraktivitas fisik, Diet seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stress.
Beban Finansial Akibat Obat Hipertensi
Meski beberapa negara sudah menawarkan opsi obat dengan harga terjangkau untuk hipertensi, tetapi tidak dengan Nigeria. Menurut Odogu, hipertensi memberi tekanan finansial signifikan pada penghasilannya karena krisis biaya hidup di Nigeria dan kenaikan harga obat-obatan. “Beberapa orang beruntung karena hanya minum satu obat, saya harus minum tiga jenis obat. Satu jenis saja harganya sekitar 3.000 naira (Rp 34.500),” jelasnya. “Jadi kadang harus mengeluarkan 9.000 naira, dan karena kondisi ekonomi, kadang saya menghabiskan antara 11.000 hingga 12.000 naira (Rp 138.000) untuk ketiga obat tersebut.”
Nigeria adalah negara terpadat di Afrika dengan lebih dari 230 juta penduduk, banyak di antaranya termasuk dalam demografi muda 18–35 tahun. Para ahli mengatakan, perlu upaya lebih untuk memupuk kesadaran sejak dini, mencegah hipertensi dan perawatannya. Pada Oktober 2024, pemerintah Nigeria melalui Kementerian Kesehatan meluncurkan inisiatif nasional “kenali tekanan darahmu” dengan memberikan pemeriksaan gratis untuk orang dewasa berusia 18 tahun ke atas, terkait hipertensi dan diabetes dua penyakit tidak menular yang paling umum. Gerakan serupa juga diberlakukan di Indonesia seperti program pemerintah “Know Your Number” atau “Cek Tekanan Darah Gratis” di Posyandu dan fasilitas kesehatan.
Media Sosial sebagai Alat Edukasi
Beberapa orang menggunakan media sosial untuk meluaskan kesadaran akan hipertensi. Dr Olawale Ogunlana, seorang aktivis kesehatan yang kerap membagikan video berbagai topik seputar kesehatan, mengatakan bahwa orang dewasa muda bisa lebih efektif dijangkau melalui ponsel mereka dan diedukasi tentang risiko hipertensi sejak dini. “Saya benar-benar percaya bahwa media sosial saat ini adalah alat kesehatan masyarakat paling ampuh untuk menjembatani kesenjangan antara rumah dan rumah sakit,” katanya, yang videonya telah ditonton jutaan kali di platform TikTok.
Ia juga menyoroti adanya pemikiran “kebal sakit” di kalangan muda akan tanggung jawab terhadap kesehatan mereka. Senada dengan para ahli lain, ia menyarankan mengurangi makanan asin, makan makanan sehat, aktif bergerak, dan rutin memeriksakan kesehatan. “Setiap orang dewasa muda seharusnya mengetahui tekanan darah mereka sama baiknya seperti mereka mengetahui nomor telepon dan kata sandi ponsel mereka,” katanya.
Saat Odogu memeriksa tekanan darah rutin di rumah, ia pun berharap semakin banyak orang muda menjadi lebih sadar tentang hipertensi dan “cara menghindarinya.” Di usia 31 tahun, ia harus menerima ‘kenyataan pahit’ hidup dengan hipertensi. “Sangat menjengkelkan tidak bisa hidup normal, harus minum obat setiap hari. Ini tidak lucu, tidak menyenangkan.”
