Menyeberangi jembatan darurat, warga Subarang Aia bertahan di tengah isolasi

AA1RMWBP

Akses Jalan Terputus Akibat Banjir Bandang

Akses jalan menuju Jorong Subarang Aia, Nagari Salareh Aia Timur, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat terputus akibat banjir bandang. Sebelumnya, warga Subarang Aia mengakses jalan keluar menggunakan jembatan yang bisa dilalui oleh kendaraan roda dua maupun roda empat. Jembatan itu menghubungkan Jorong Subarang Aia dengan Jorong Koto Alam.

Pantauan di lapangan pada Jumat (5/12/2025), warga yang hendak menyalurkan bantuan harus melewati jembatan darurat. Beberapa hari sebelumnya, jembatan itu terbuat dari pohon pinang yang diikat dengan tali. Sekarang sudah ada jembatan darurat terbuat dari papan. Jalan berlumpur dipenuhi batuan harus dilewati untuk sampai ke Jorong Subarang Aia. Selain itu, jarak sedikit jauh karena jalan yang bisa ditempuh itu memutar.

Seorang warga Subarang Aia bernama Pipi Sovianti mengatakan akses jalan yang terputus berdampak pada perekonomian masyarakat. Akses jalan keluar hanya melewati jembatan darurat dengan jalan kaki. “Kami sekarang tidak bisa membawa hasil sawit keluar untuk dijual, anak-anak pun tidak bisa pergi sekolah,” ucapnya.

Lanjut Pipi, selain akses terbatas, Subarang Aia juga terisolir karena listrik masih padam dan sinyal susah. Sawit yang sudah bisa dipanen namun sekarang harus ditunda dulu. Di sini sawit tidak banyak namun bisa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Bagaimana mau panen sawit? Akses jalan tidak ada bahkan sekarang buah sawit yang masak sudah jatuh sendiri karena tidak diambil,” terangnya.

Ia berharap proses perbaikan jalan dan jembatan bisa diatasi segera hingga perekonomian masyarakat bangkit. Akses jalan itu memang sangat penting sekali karena bisa untuk penopang hidup masyarakat kedepannya. “Jika akses jalan lancar tentu aktivitas perlahan-lahan membaik,” jelasnya.

Warga lainnya bernama Sisweliza menuturkan kebutuhan logistik memang perlu dan mendesak saat ini namun akses jalan ini juga tak kalah penting. “Jika jalannya tidak segera diperbaiki kami tidak bisa apa-apa untuk keluar pun susah harus berjalan kaki,” ucapnya.

Aktivitas perekonomian masyarakat kedepannya tergantung pada akses jalan itu. “Akses ke pasar, sekolah, dan tempat umum lainnya harus melewati jalan itu namun sekarang hanya bisa dengan berjalan kaki yang jaraknya cukup jauh,” terangnya.

Sementara itu salah satu warga asal Pasaman Barat yang memberikan bantuan melewati jembatan itu bernama Jamal memikul pakaian bekas dalam kantong plastik besar berwarna biru. Jamal memikul bantuan menuju Jorong Subarang Aia untuk memberikan langsung pada korban terdampak. “Akses jalannya luar biasa meniti jembatan darurat, kemudian melewati batu dan sisa lumpur akibat banjir,” ucapnya dengan nafas tersengah-sengah dan wajah dipenuhi keringat.

Dijelaskannya akses jalan dari jembatan menuju Subarang Aia kira-kira ditempuh selama 10 menit jalan kaki. Jalannya memutar karena masih banyak lumpur dan batu besar. “Demi menolong sesama ini tak terasa berat, lebih berat duka yang dialami korban apalagi ada keluarga yang tewas dihantam banjir,” tuturnya.

Mata Air Kecil jadi Harapan

Pasca banjir bandang meluluh lantakan Nagari Salareh Aia Timur, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat, masyarakat kesulitan mendapatkan air bersih. Sementara jaringan air bersih PDAM setempat atau Pamsimas belum bisa difungsikan, selain itu listrik masih padam.

Apalagi di Jorong Subarang Aia, akses jalan terputus mengakibatkan mobil yang mengangkut air bantuan air bersih tidak bisa lewat. Seorang warga Jorong Subarang Aia bernama Atmi Pamire memikul galon kosong menuju mata air terdekat untuk mendapatkan air bersih. Atmi berjalan kaki dari rumahnya ke mata air itu yang ditemani oleh anak-anaknya.

Cucuran air dari sebuah pipa itu terlihat kecil sehingga Atmi harus bersabar menunggu galonnya penuh. Ia menuturkan untuk air bersih hanya diperoleh dari air mata ini dan harus antre. Warga Subarang Aia yang terdampak hanya bisa mengharapkan air bersih dari mata air ini yang debitnya tak terlalu besar.

Akses jalan menuju mata air ini bisa ditempuh dengan motor yang berjarak 2 km dari titik putusnya Jalan Subarang Aia-Koto Alam. “Biasanya yang memakai mata air ini hanya beberapa warga sekitar saja namun sekarang warga Subarang Aia sudah bergantung ke sini untuk menampung air bersih pasca banjir bandang,” ucapnya saat ditemui, Jumat (5/12/2025).

Dikatakannya, pasca banjir bandang warga dari pagi sampai sore ada yang antre untuk mendapatkan air bersih. Walaupun bantuan air kemasan sudah didapatkan namun tidak cukup untuk kebutuhan mandi maupun buang air besar. Apalagi akses jalan terputus hingga stok air bersih pun sulit dijangkau. “Untuk menyalurkan bantuan saja harus berjalan kaki dengan medan yang agak rumit,” jelasnya.

Sementara itu warga lainnya Pipi Sovianti menuturkan kebutuhan air bersih ini sangat diperlukan. Tidak hanya untuk minum saja tapi juga untuk mandi dan lainnya. “Jika air tidak air bersih tentu akan rentan terkena penyakit belum lagi cuaca yang tidak bersahabat,” tutupnya.

Bencana Banjir Bandang Mengakibatkan Kesulitan Logistik

Banjir bandang yang menerjang pada Kamis sore (27/11/2025) membuat Jorong Subarang Aia terisolir. Relawan harus mengangkut bantuan berupa sembako dan pakaian dengan cara digendong dan ditandu oleh dua hingga tiga orang. Akses menuju lokasi hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki dari jorong terdekat, yakni Koto Alam.

Medan menuju Subarang Aia sangat berat. Relawan dan warga harus melalui lintasan berbatu besar, lumpur, serta jembatan darurat berupa batang pohon pinang yang kecil dan licin. Untuk menyeberang, warga sampai harus berpegangan pada tali penyangga. Jembatan darurat ini menjadi satu-satunya akses sementara yang bisa digunakan.

Waktu tempuh ke jorong itu kini mencapai sekitar 25 menit berjalan kaki. Padahal sebelumnya, warga hanya butuh dua menit dengan kendaraan atau lima menit berjalan kaki untuk sampai ke lokasi. Kondisi ini terjadi karena jalur utama masih tertutup lumpur tebal. Warga pun harus memutar cukup jauh, mencari pijakan batu-batu besar untuk bisa melintas.

Dua alat berat masih bekerja siang malam untuk memindahkan batu besar dan menutup genangan lumpur agar jalur bisa dilalui kembali.

Banyak Warga Terjangkit ISPA

Puskesmas Koto Alam di Nagari Salareh Air Timur, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar), melaporkan banyak warga yang mengalami luka-luka hingga sakit pasca galodo (banjir bandang) yang melanda wilayah itu pada Kamis (27/11/2025) sore.

Koto Alam adalah daerah terdekat dengan Jorong Subarang Aia. Bantuan yang dibawa warga ke Jorong Subarang Aia haruslah lewat Jorong Koto Alam yang sama-sama berada di Nagari Salareh Aia Timur.

Hingga satu pekan setelah bencana, Dokter Puskesmas Koto Alam, dr. Dwiki Surya Prayoga, mengatakan pihaknya masih menangani puluhan warga yang datang dengan luka ringan. Menurutnya, luka-luka tersebut umumnya muncul karena warga terburu-buru mencari keluarga di antara reruntuhan, lumpur, hingga menginjak benda-benda tajam seperti seng dan paku.

“Sampai saat ini, di posko-posko kesehatan kami masih banyak warga yang harus dibersihkan lukanya. Mulai dari luka ringan hingga sedang. Mereka mendapat luka itu saat mencari keluarga, tersenggol kayu, batu, atau terkena benda-benda tajam yang bercampur dengan lumpur dan puing rumah,” ujar dr. Dwiki saat ditemui di Puskesmas Koto Alam, Jumat (5/12/2025).

Ia menyebutkan, lonjakan warga yang datang dengan luka-luka terjadi tiga hari setelah bencana yang merenggut ratusan korban jiwa tersebut. “Puncaknya itu tiga hari setelah galodo. Sampai sekarang masih ada, tapi jumlahnya mulai berkurang,” jelasnya.

Untuk korban dengan luka sedang hingga berat, pihak puskesmas merujuk pasien ke RSUD Lubuk Basung maupun RSUD Pasaman Barat. “Kalau lukanya sedang atau membutuhkan perawatan lebih lanjut, kami rujuk ke RSUD Lubuk Basung atau Pasaman Barat,” katanya.

Meski kasus luka-luka mulai menurun, dr. Dwiki menuturkan kini justru terjadi peningkatan kasus ISPA dan penyakit kulit di wilayah terdampak. “ISPA meningkat karena sepanjang jalan masih sangat berdebu. Sementara penyakit kulit muncul karena terbatasnya stok air bersih,” jelasnya.

Ia optimistis kasus penyakit kulit akan menurun jika distribusi air bersih ke posko-posko pengungsian sudah merata. “Penyaluran air bersih terus dilakukan saat ini. Kami yakin kasus penyakit kulit akan berkurang,” ujarnya.

Puskesmas juga aktif membagikan masker kepada masyarakat guna menekan lonjakan ISPA di Nagari Salareh Aie. “Debu di sepanjang jalan ini belum dibersihkan dan kendaraan yang lalu-lalang menambah pekat. Karena itu kami terus membagikan masker,” tutupnya.

Pos terkait