Di tengah tekanan biaya hidup yang makin tinggi dan tingginya ketidakpastian ekonomi, banyak keluarga muda di Indonesia menghadapi dilema yang sama: bagaimana memenuhi kebutuhan sehari-hari sambil tetap menabung dan mempersiapkan masa depan?
Menurut data Financial Resilience Index Sun Life Indonesia 2025, lebih dari 70 persen keluarga Indonesia mengaku mengalami tekanan biaya hidup yang semakin meningkat. Bahkan menurut survei terbaru Sun Life Asia berjudul Women’s Wealth in Focus: Building Confidence and Security, sebanyak 32 persen ibu mengalami stres akibat harus mengatur kebutuhan anak dan orang tua secara bersamaan.
Di sisi lain, tingkat inklusi keuangan masyarakat Indonesia sebenarnya terus membaik. Hasil survei terbaru Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2025 mencatat indeks literasi keuangan meningkat menjadi 66,46 persen, sementara indeks inklusi keuangan mencapai 80,51 persen.
Artinya, sebagian besar keluarga muda sudah memiliki akses terhadap produk keuangan. Namun, perilaku konsumsi dan kebiasaan pengelolaan keuangan masih belum cukup kuat, sehingga kestabilan finansial keluarga masih rentan dan sulit dijaga.
Chief Marketing Officer Sun Life Indonesia, Maika Randini, pun setuju bahwa semakin banyak masyarakat yang mulai mendalami literasi finansial. Meski begitu, temuan survei internal Sun Life mengungkap adanya pola menarik dalam perilaku generasi masa kini yang membuat pengelolaan keuangan menjadi kurang optimal.
“Berdasarkan studi yang sudah kita lakukan, ada tiga perilaku unik terkait finansial yang relate di masyarakat sekarang. Kita ini sering FOMO saat membeli instrumen keuangan sesuai tren. Lalu kita juga lebih suka hal-hal yang cepat, padahal perencanaan keuangan tidak instan,” ungkap Maika di BrightTalk Series: Unlock Your Super Life, Rabu (3/12), di Kreador Lounge Menara Sun Life Lantai 6, Jakarta Selatan.
3 Tingkah Laku Unik Seseorang Saat Mengelola Uang
FOMO Dreamer Planning*
Banyak orang membeli produk keuangan hanya karena mengikuti tren, bukan karena memahami kebutuhan atau tujuan finansialnya.
-
Instant Gratification vs Long-Term Thinking
Cenderung menginginkan hasil yang cepat, padahal manfaat perencanaan keuangan baru terasa dalam jangka panjang. -
Kurang Perencanaan Jangka Panjang
Masih dari Financial Resilience Index Sun Life Indonesia 2025, sebanyak 52 persen responden ternyata belum memiliki rencana keuangan yang melampaui satu tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa banyak keluarga muda maupun generasi awal pekerja belum memiliki fondasi finansial jangka panjang yang kuat.
“Orang-orang punya rencananya hanya untuk jangka pendek, padahal seharusnya kita harus punya rencana jangka panjang,” tambah Maika.
Senada dengan itu, Certified Financial Planner, Aline Wiratmaja, menyoroti sejumlah kekeliruan umum yang sering dilakukan anak muda ketika mulai mengatur keuangannya. Termasuk dorongan FOMO atau rasa takut ketinggalan kesempatan penting yang diikuti orang lain, serta keinginan meraih keuntungan secepat mungkin.
“Kita mungkin sudah memahami konsep dasar keuangan, namun tidak semuanya langsung diikuti dengan langkah yang tepat. Banyak yang setelah memutuskan berinvestasi justru menjadi greedy. Semua pemasukan ingin diinvestasikan, termasuk ke instrumen berisiko tinggi, tanpa mempertimbangkan profil risiko atau tujuan jangka panjang,” terang Aline.
Tambah Aline, keamanan finansial bukan hanya ditentukan oleh besar kecilnya pemasukan, tetapi juga oleh konsistensi serta pola pengelolaan yang tepat. Selain menabung, berinvestasi, dan menyiapkan dana darurat, hal lain yang tak kalah penting adalah memastikan adanya financial security yang kuat.
Kondisi finansial yang aman dan terlindungi akan memberikan ketenangan pikiran karena seseorang tidak perlu terus-menerus khawatir tentang pengeluaran tak terduga. Dengan fondasi finansial yang stabil, seseorang dapat lebih fokus merencanakan tujuan jangka panjang, seperti dana pensiun, kepemilikan rumah, hingga pendidikan anak.
Lindungi Kesehatan Finansial dengan Asuransi
Financial security yang kuat juga bisa terwujud melalui proteksi yang tepat, salah satunya dengan asuransi. Tanpa proteksi maksimal, tabungan dan investasi yang telah disusun dengan baik bisa terkuras akibat kejadian-kejadian tak terduga.
Meski begitu, President Director Sun Life Indonesia, Albertus Wiroyo, mengakui bahwa kepercayaan masyarakat tentang pentingnya asuransi masih tergolong rendah. Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), literasi asuransi di Indonesia mencapai 45 persen, namun inklusinya hanya 12,2 persen.
Banyak orang masih ragu mengambil proteksi karena dianggap rumit, mahal, atau belum merasa membutuhkannya. Padahal, keraguan ini justru membuat banyak keluarga rentan secara finansial ketika menghadapi risiko tak terduga.
“Penetrasi asuransi di Indonesia itu masih rendah. Orang-orang yang paham tentang asuransi itu cukup besar yakni hampir setengahnya masyarakat Indonesia. Namun PR untuk perusahaan asuransi, orang yang sudah inklusi asuransi hanya 12 persen. Kenapa? Salah satu kendalanya adalah tidak tahu aksesnya, serta persepsi asuransi mahal dan sulit klaimnya. Untuk menjawab hal itu, Sun Life membuka akses seluas-luasnya untuk nasabah, serta meluncurkan produk terbaru kami Si Super,” kata Albertus.
Melihat Hal Tersebut, Sun Life Indonesia Resmi Meluncurkan Produk Terbarunya, Asuransi Sun Prosperity Prime (Si Super)
Pada Rabu (3/12) kemarin, Sun Life Indonesia meluncurkan produk asuransi jiwa tradisional dwiguna yang dirancang untuk memberikan perlindungan jiwa dan sekaligus alat perencanaan finansial.
Keunggulan Utama Si Super
Chief Agency Officer Sun Life Indonesia, Andrias Gunawan, menjelaskan, salah satu keunggulan Si Super adalah kemudahan, fleksibilitas, dan keamanan. Dengan masa pembayaran premi selama lima tahun, produk ini dirancang untuk memberikan proteksi sekaligus mendukung kebutuhan finansial jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang.
“Orang-orang sekarang inginnya cepat. Jadi melalui Si Super, kami hadirkan produk yang cocok untuk jangka pendek. Tapi kami juga memiliki produk jangka panjang untuk persiapan finansial masa depan yang lebih matang. Jadi keunggulan produk ini adalah fleksibilitasnya,” jelas Andrias.
Si Super hadir dengan tiga pilihan plan yang dapat disesuaikan dengan tujuan finansial masing-masing. Pertama ada Si Super Start yang ditujukan bagi individu atau pasangan muda yang sedang membangun stabilitas finansial, dengan manfaat tunai tahunan yang sudah diberikan sejak tahun pertama.
Salah satu nilai tambah Si Super Start adalah proses pendaftaran yang tidak memerlukan pemeriksaan medis, sehingga calon nasabah dapat memperoleh perlindungan dengan lebih mudah dan cepat. Pada plan Si Super Start, nasabah juga dapat menikmati manfaat tunai tahunan sejak tahun pertama, sehingga sangat berguna untuk persiapan finansial jangka pendek.
Selanjutnya, produk Si Super Growth untuk keluarga yang ingin menyeimbangkan likuiditas saat ini sambil mempersiapkan tujuan finansial jangka menengah, misalnya untuk pendidikan anak. Lalu ketiga adalah produk Si Super Maxima yang ditujukan bagi mereka yang ingin memaksimalkan kekayaan dalam jangka panjang melalui manfaat akhir kontrak yang lebih besar.
Selain pilihan plan yang fleksibel, Si Super menawarkan serangkaian keunggulan lain seperti perlindungan jiwa dan kecelakaan, manfaat tunai tahunan untuk plan tertentu, serta manfaat akhir kontrak yang kompetitif.
Si Super menawarkan manfaat tunai tahunan yang sangat kompetitif, yakni hingga 360 persen dari premi tahunan untuk polis rupiah, serta 213,75 persen untuk polis USD. Manfaat ini membantu nasabah mendapatkan aliran dana yang stabil setiap tahun, sehingga bisa dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan keluarga, mulai dari pendidikan hingga biaya hidup.
Di akhir masa kontrak, nasabah juga berkesempatan menerima manfaat akhir kontrak berupa pengembalian 100 persen premi, atau bahkan mencapai 1.325 persen untuk denominasi rupiah dan 950 persen untuk denominasi USD, tergantung plan yang dipilih. Nilai ini memberi keuntungan jangka panjang serta memastikan akumulasi kekayaan yang lebih optimal.
“Produk ini punya dua mata uang yakni rupiah dan USD. Sedangkan pembayarannya lima tahun dengan tiga plan tergantung kebutuhannya. Usia masuk juga sampai 80 tahun,” tambah Andrias.
Dari sisi fleksibilitas, Si Super memberikan rentang usia masuk yang luas untuk menjangkau lebih banyak keluarga Indonesia. Pemilik polis dapat masuk mulai usia 18 hingga 80 tahun, sementara usia masuk tertanggung dimulai dari 30 hari hingga 80 tahun, sehingga cocok untuk proteksi orang dewasa maupun perlindungan sejak dini.
Dengan kombinasi perlindungan jiwa, manfaat tunai tahunan, hingga nilai akhir kontrak yang besar di akhir masa polis, Si Super menawarkan paket lengkap bagi mereka yang ingin meraih keamanan finansial, baik untuk pasangan muda yang mulai membangun fondasi keuangan, keluarga yang mempersiapkan masa depan anak, hingga individu yang ingin menyiapkan dana pensiun.
Untuk informasi lebih lengkap mengenai produk Sun Life Si Super, kunjungi laman berikut ini.
