Pengalaman Yusmidar yang Selamat dari Bencana Longsor
Di tengah rasa syukur yang tak terkira, Yusmidar (50) menceritakan kisahnya saat menghadapi bencana longsor yang menimpa rumahnya di Padang Laweh, Tinggam, Jorong Harapan, Nagari Sinuruik, Kecamatan Talamau, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatra Barat. Ia dan empat anaknya serta ayahnya berhasil selamat meskipun rumah mereka hancur akibat longsoran yang sangat dahsyat.
“Allah Maha Besar. Meskipun rumah saya habis tak berbekas, keluarga saya bisa selamat,” ucap Yusmidar, Rabu (3/12), sambil duduk di sebuah musholla tempat keluarganya mengungsi sementara.
Raut kesedihan tampak jelas di wajah Yusmidar, yang baru saja kehilangan suaminya lima bulan lalu. Saat itu, jam menunjukkan pukul 03.00 WIB, ia tidak bisa tidur karena hujan deras. Anak perempuan bungsunya, Asyifa Nur Rahmadhani (8), gelisah dan tidak mau tidur.
“Ada apa Nak?” tanyanya. Anaknya menjawab bahwa ayahnya, yang sudah meninggal lima bulan lalu, memanggil minta tolong hampir tiga kali.
“Kenapa Abak memanggil Mak?” tanya Syifa. Yusmidar hanya menjawab bahwa itu hanya perasaan anaknya.
Setelah itu, ia mengajak anaknya rebahan untuk tidur. Namun, tiba-tiba anaknya berteriak keras meminta tolong. Tak lama kemudian, terdengar suara gemuruh dan hentaman keras. Rumah Yusmidar mulai gelap dan dipenuhi lumpur setinggi leher.
Dalam kepanikan, Yusmidar dapat menggapai sebatang kayu di dekatnya dan berpegangan sambil memanggil anak-anaknya. “Beruntung saya bisa memegang kayu yang tersangkut dan bisa jadi tempat berpegangan. Saat itu yang teringat hanya anak-anak saya,” katanya.
Dengan tenaga seadanya, ia memanggil anak-anaknya, tetapi tidak ada jawaban. “Yang terdengar hanya suara lumpur yang mengalir deras menghantam rumah,” ujarnya.
Sambil berpegangan pada sebatang kayu itu, ia meraba apa pun yang bisa digapai dan berjalan perlahan meskipun berat di dalam lumpur. “Waktu itu saya sudah pasrah dan mengira anak-anak serta ayah saya sudah hanyut,” ujarnya lirih.
Namun, tak lama kemudian ia mendengar suara memanggilnya. “Mak, ini Azis.” Mendengar suara itu, ia bergerak mencari asalnya dan langsung menarik anaknya dari lumpur yang hampir menutupi sebagian kepala remaja 15 tahun itu.
Setelah menyelamatkan Azis, ia kembali mencari anak-anaknya yang lain sambil memanggil-manggil dengan penuh harapan. “Alhamdulillah suara saya dijawab oleh anak saya yang paling kecil, Asyifa, dengan suara sayup-sayup minta tolong,” ujarnya.
Ia kembali tertatih-tatih mencari arah suara dalam kondisi gelap gulita, sembari terus memanggil nama anaknya. Ia akhirnya menjangkau baju anaknya. Asyifa diangkat perlahan karena sudah tertimbun material longsor dalam keadaan lemah.
Tak lama kemudian warga berdatangan memberikan bantuan dan mencari dua anaknya lagi: Akbar (17) dan Anton (22). Berkat keyakinan, keempat anaknya akhirnya berhasil diselamatkan.
“Awalnya saya sudah pasrah, namun Allah masih sayang pada kami dan berhasil diselamatkan,” katanya.
Terakhir, ia bersama warga mencari keberadaan ayahnya, Amirudin (75), yang sedang sakit stroke. Ayahnya ditemukan tertutup lumpur dan berhasil diselamatkan.
Yusmidar sama sekali tidak menyangka rumahnya bisa luluh lantak dihantam longsor, mengingat rumah itu berdiri di tanah yang lebih tinggi dibandingkan rumah warga lainnya.
“Saya memiliki enam orang anak. Dua tinggal di rumah eteknya (tante), sedangkan empat bersama saya. Alhamdulillah semua selamat,” ucapnya penuh syukur.
Korban yang Masih Tertimbun
Bencana longsor di Tinggam, Sinuruik, menyebabkan lima orang tertimbun. Dua orang ditemukan dalam keadaan meninggal dunia, yakni Yelma Yunita (41) pada Senin (1/12) dan Raffael Gusti Pratama (7) pada Jumat (5/12).
Sementara tiga korban lainnya—Dian Fernanda (24), Amrizal (38), dan Nurhayati (35)—masih dalam pencarian tim gabungan hingga hari ke-10, Ahad (6/12), sejak longsor terjadi.
Menurut Bupati Pasaman Barat, Yulianto, tim gabungan yang terdiri atas Basarnas, BPBD, TNI, Polri, PMI, kecamatan, nagari, dan relawan terus bekerja bahu membahu. Selain menggunakan alat berat ekskavator, pencarian juga dilakukan secara manual.
Bentangan longsor yang mencapai satu kilometer dan ketinggian lebih dari 10 meter menyebabkan pencarian terkendala, ditambah hujan yang terus mengguyur wilayah tersebut.
Yulianto mengharapkan doa semua pihak agar pencarian korban membuahkan hasil. Para keluarga korban telah diungsikan dan dibantu, termasuk para penyintas.
Wakil Bupati M. Ihpan menyebut korban selamat, Amirudin (75), yang mengalami stroke, juga telah mendapat bantuan, termasuk kursi roda.
Selain longsor di Tinggam, Kecamatan Talamau, sebagian besar wilayah Pasaman Barat juga dilanda banjir.
Data terakhir hingga Sabtu (6/12) malam dari posko bencana Pasaman Barat menunjukkan banjir dan longsor menyebabkan empat orang meninggal dunia, tiga hilang, lima luka, dan puluhan ribu warga mengungsi.
Selain itu, banjir dan longsor merusak 46 rumah berat, 18 rusak sedang, 22 rusak ringan, 5.171 rumah terendam banjir, 13 rumah hanyut, dan 31 sekolah terdampak.
Tragedi tersebut juga merusak satu gedung perkantoran, tiga fasilitas kesehatan, enam tempat ibadah, 12 jembatan, 10 ruas jalan, serta 921,25 hektare lahan pertanian.
