Adipratnia Satwika Asmady: Kunci Indonesia Kuasai Teknologi Antariksa

AA1RRh0K

Peran Teknologi Antariksa dalam Kehidupan Sehari-hari

Teknologi antariksa kini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Dari penggunaan aplikasi ojek online hingga pemantauan cuaca, semua ini bergantung pada satelit navigasi. Hal ini disampaikan oleh Adipratnia Satwika Asmady, Space Technology Manager dari Pasifik Satelit Nusantara (PSN), dalam acara GAGAS RI spesial Hari Pahlawan yang bertema “Generasi Penggerak: Lahirkan Aksi Ciptakan Dampak”.

Pentingnya Teknologi Antariksa

Menurut Nia, sapaan akrab Adipratnia, teknologi antariksa tidak hanya berperan dalam bidang komunikasi dan navigasi, tetapi juga dalam aspek keamanan nasional dan pengambilan keputusan di tengah bencana alam. Contohnya, Jepang menggunakan data citra satelit untuk mengetahui perubahan garis pantai setelah bencana tsunami 2011.

“Data citra satelit sangat penting dan strategis untuk pemerintah dalam melakukan asesmen terhadap berbagai peristiwa, termasuk bencana alam,” ujarnya.

Teknologi Antariksa sebagai Teknologi Informasi

Nia menjelaskan bahwa menguasai teknologi antariksa berarti menguasai teknologi informasi. Data yang diperoleh dari satelit merupakan inti dari pengambilan keputusan dan pengembangan kebijakan. Namun, ia menegaskan bahwa negara-negara maju seringkali membatasi penyebaran ilmu pengetahuan dan teknologi terkait antariksa karena dianggap sebagai aset negara.

“Perang modern saat ini tidak hanya melibatkan kekuatan senjata, tetapi juga superioritas informasi yang bisa diperoleh dari aset antariksa,” tambahnya.

Perkembangan Teknologi Antariksa di Indonesia

Indonesia memiliki sejarah panjang dalam pengembangan teknologi antariksa. Mulai dari pendirian Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) pada 1963 hingga peluncuran roket pada 1964. Namun, perkembangan teknologi antariksa di Indonesia cenderung stagnan selama beberapa dekade.

Hingga saat ini, Indonesia telah meluncurkan lebih dari 20 satelit dalam 50 tahun terakhir, tetapi hanya tiga yang dikembangkan secara lokal. Masih dalam kelas riset, Indonesia belum mampu membuat satelit dengan kualitas komersial atau pertahanan nasional.

Tiga Pilar untuk Menguasai Teknologi Antariksa

Nia menyebutkan tiga pilar utama yang dibutuhkan Indonesia untuk menguasai teknologi antariksa:

1. Sumber Daya Manusia (SDM)

Indonesia masih kekurangan spesialis satelit. Estimasi jumlah spesialis satelit di Indonesia kurang dari 500 orang. Untuk itu, Nia menyarankan agar lebih banyak anak muda terlibat dalam komunitas antariksa dan belajar tentang satelit serta aplikasinya.

2. Kemampuan Manufaktur

Saat ini, Indonesia masih menjadi konsumen teknologi antariksa. Nia berharap masa depannya Indonesia bisa menjadi produsen. Dibutuhkan SDM, rantai pasok, dan jaminan kualitas yang tinggi untuk menciptakan komponen ruang angkasa yang berkualitas.

3. Akses ke Antariksa

Akses ke antariksa memerlukan teknologi peluncuran roket dan infrastruktur seperti space port. Selain itu, diplomasi juga menjadi elemen penting dalam memperkuat posisi Indonesia di dunia antariksa.

“Kita harus memperkuat seluruh aspek ini agar Indonesia bisa memiliki kemampuan antariksa yang mandiri dan kuat,” ujarnya.

Masa Depan Teknologi Antariksa di Indonesia

Dalam rangka membangun masa depan teknologi antariksa, Nia menekankan pentingnya pengembangan sistem ground station, pemrosesan data, dan pemanfaatan AI untuk aplikasi antariksa. Dengan demikian, Indonesia dapat meningkatkan kemampuan analitik data dan memperkuat posisi di kancah internasional.

Pos terkait